Psikologi Gestalt dan Kognitif

 Nama                : Multi Lativa Putri

NIM                  : 2210321012

Hari / tanggal    : Senin/ 12 Desember 2022
Dosen Pengampu : 
• MafazaMsc
• Amatul Firdausa Nasa, M.Psi., Psikolog
• Diny AmenikeM.Psi., Psikologi


Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti “konfigurasi” , “membentuk” , atau “kesatuan”. Psikologi Gestalt merupakan aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Para Gestaltists menentang dan beroposisi dengan elementism oleh Wundt. Menurut mereka, kesadaran tidak dapat direduksi atau dipisah menjadi elemen-elemen tertentu. Pendapat ini berbeda dengan elementis atau atomis yang mempelajari fenomena yang kompleks dengan mempelajari komponen tertentu dari fenomena tersebut saja. Penganut aliran gestalt percaya bahwa pendekatan yang harus dilakukan untuk memahami kesadaran adalah melalui molar approach. Molar approach adalah pendekatan yang berfokus kepada purposive behavior atau perilaku bertujuan.

Antecedents of Gestalt Psychology
1. Immanuel Kant (1724-1804)  
Immanuel Kant percaya bahwa kesadaran merupakan hasil dari interaksi antara stimulasi sensori dan faculties of the mind. Dengan kata lain, Kant percaya bahwa dalam proses kesadaran, pikiran kita akan menambahkan beberapa hal yang tidak ada dalam stimulus yang dirasakan secara sensori. Immanuel Kant dan gestaltis sama-sama mempercayai bahwa kesadaran tidak dapat direduksi menjadi stimulasi sensori, dan pengalaman kesadaran berbeda dari elemen-elemen yang menyusunnya.

2. Ernst Mach (1838-1916)
Ernst Mach merupakan seorang fisikawan yang mengemukakan bahwa terdapat dua persepsi yang muncul terlepas dari unsur-unsur tertentu yang menyusunnya, yaitu: space form dan time form. Menurut Mach, ada beragam jenis elemen sensoris yang dapat memunculkan persepsi yang sama. Oleh karena itu, setidaknya beberapa persepsi itu independent dari jenis elemen sensori tertentu. 

3. Christiam von Ehrenfels (1859-1932)
Berdasarkan gagasan Mach tentang space dan time forms, Ehrenfels menyatakan bahwa persepsi kita memeiliki gestaltqualitäten (form qualities) yang tidak terdapat dalam isolated sensations. Contoh yang diberikan Mach misalnya ketika kita melihat gambar yang terdiri atas banyak titik, kita akan melihat titik-titik tersebut sebagai kesatuan yang membentuk pola dan menjadi gambar. Kita tidak akan melihat titk-titik tersebut sebagai titik-titik saja.

4. William James (1842-1910)  
William James juga dapat dikatakan sebagai pendahulu dari aliran psikologi gestalt karena ketidaksukaannya terhadap elementism dalam psikologi. Menurut James, pencarian Wundt terhadap elemen dari kesadaran tergantung kepada pandangan mental yang artifisial dan telah terdistorsi. Alih-alih memandang pikiran sebagai sesuatu yang terdiri atas elemen-elemen mental yang terisolasi, James mengemukakan stream of consciousness. Para Gestaltis menyetujui pandangan antielementistik James tetapi tidak sepenuhnya sependapat dengan James. Menurut gestaltis, mereka percaya bahwa pikiran memang bisa dibagi untuk dipelajari. Hanya saja dalam mempelajari mental, hal tersebut tidak dapat dilakukan. 

5. Act Psychology
Psikologi gestalt dapat dikatakan mendapat pengaruh dari act psychology yang dikemukakan oleh Carl Stumpf karena ketiga pendiri psikologi gestalt pernah belajar dibawah Carl Stumpf. Psikologi gestalt dan act psychology keduanya merupakan fenomenologis. Hal ini dikarenakan act psychology juga menentang penggunaan introspeksi untuk mempelajari elemen mental.

The Founding of Gestalt Psychology
1. Max Wertheimer (1880-1943)  
Max Wertheimer merupakan pendiri psikologi gestalt. Wertheimer dilahirkan pada tanggal 15 April di Prague. Sejarah pendirian psikologi gestalt dimulai pada tahun 1910 ketika Wertheimer berada di kereta dalam perjalanan menuju Rhineland dari Wina. Pada saat itulah ide tentang psikologi gestalt muncul. Ide tentang psikologi gestalt berawal dengan ide bahwa persepsi kita terstruktur dengan cara berbeda dari stimulasi sensori. Oleh karena itu, persepsi yang kita alami berbeda dari sensasi-sensasi yang menyusunnya. 

2. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka merupakan salah satu pendiri psikologi gestalt karena Koffka adalah subjek penelitian Wertheimer dalam penelitian persepsi Wertheimer. Koffka dilahirkan pada tanggal 18 Maret di Berlin. Koffka juga menulis beberapa buku tentang psikologi gestalt, yaitu misalnya “Principles of Gestalt Psychology” pada tahun 1935 yang ditujukan untuk mempresentasikan teori Gestalt yang lengkap dan sistematis. Kontribusi Koffka lainnya terhadap dunia psikologi adalah mempublikasikan buku yang sangat penting bagi psikologi anak pada tahun 1921 dengan judul “The Growth of the Mind: An Introduction to Child Psychology”.

3. Wolfgang Köhler (1887-1967) 
Köhler merupakan salah satu subjek penelitian Wertheimer yang juga dianggap sebagai pendiri psikologi gestalt berdamipngan dengan Wertheimer dan Koffka. Pada tahun 1922, Köhler pernah menjabat sebagai direktur Institut Psikologi di Universitas Berlin. Melalui kesempatan ini, psikologi gestalt mendapat perhatian internasional.

Isomorphism and the Law of Prägnanz
a. Application of Field Theory  
Para gestaltis percaya bahwa otak kita tersusun atas struktur medan/area (field) gaya elektrokimia yang ada sebelum stimulasi sensori. Ketika data sensori memasuki medan tersebut, data sensori akan merubah struktur medan dan medan tersebut akan merubah data sensori pula. Peristiwa kesadaran menurut para gestaltis merupakan hasil dari interaksi antara data sensori dan medan gaya yang ada di otak. 

b. Psychophysical Isomorphism
Untuk menggambarkan lebih lengkap hubungan antara aktivitas lapangan otak dan pengalaman sadar, Gestaltists memperkenalkan konsep isomorfisme psikofisik, yang digambarkan Köhler sebagai berikut: "Urutan yang berpengalaman dalam ruang angkasa selalu identik secara struktural dengan urutan fungsional dalam distribusi proses otak yang mendasarinya". Köhler juga berkata, "Fakta psikologis dan peristiwa mendasar di otak mirip satu sama lain dalam semua karakteristik strukturalnya" Gagasan Gestalt tentang isomorfisme menekankan fakta bahwa medan gaya di otak mengubah data sensorik yang masuk dan bahwa itu adalah data transformasi yang kita alami secara sadar.

c. Opposition to the Constancy Hypothesis  
Dengan konsep isomorfisme mereka, Gestaltists menentang hipotesis keteguhan, yang menurutnya ada korespondensi one-to-one antara rangsangan lingkungan tertentu dan sensasi tertentu. Korespondensi one-to-one ini tidak berarti bahwa sensasi harus mencerminkan secara akurat apa present physically. Para psikofisika, Helmholtz, Wundt, dan strukturalis semuanya menerima hipotesis keteguhan sambil mengakui bahwa perbedaan besar dapat terjadi antara pengalaman psikologis dan peristiwa fisik yang menyebabkannya. Sebaliknya, hipotesis keteguhan berpendapat bahwa peristiwa fisik individu menyebabkan sensasi individu dan bahwa sensasi ini tetap terisolasi kecuali ditindaklanjuti oleh satu atau lebih hukum asosiasi atau, dalam kasus Wundt, sengaja diatur ulang. Jadi, alih-alih melihat otak sebagai penerima pasif dan perekam informasi sensorik, Gestaltists memandang otak sebagai konfigurasi dinamis kekuatan yang mengubah informasi sensorik. 

d. Analysis: Top Down, Not Bottom Up
Menurut Gestaltists, aktivitas otak yang terorganisir mendominasi persepsi kita, bukan rangsangan yang masuk ke dalam aktivitas itu. Untuk alasan ini, keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagiannya, sehingga membalikkan salah satu tradisi tertua psikologi. Gestaltists mengatakan bahwa analisis mereka berlanjut dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas, seperti halnya tradisi. Dengan kata lain, mereka melanjutkan dari keseluruhan ke bagian, bukan dari bagian ke keseluruhan. Seperti yang dijelaskan Michael Wertheimer (1987). Seseorang tidak boleh mulai dengan unsur-unsur dan mencoba mensintesis keseluruhannya, tetapi pelajari keseluruhannya untuk melihat apa bagian alaminya.

e. The Law of Prägnanz 
Konfigurasi energi yang terjadi di semua Sistem fisik selalu dihasilkan dari bidang total gaya berinteraksi, dan kekuatan fisik ini selalu mendistribusikan diri mereka dengan cara yang paling sederhana dan simetris dalam situasi tersebut. Oleh karena itu, menurut prinsip isomorfisme psikofisik, pengalaman mental juga harus sederhana dan simetris. Hukum Präg-nanz menegaskan bahwa semua pengalaman kognitif cenderung terorganisir, simetris, sederhana, dan teratur, mengingat pola aktivitas otak pada saat tertentu. Inilah yang dimaksud dengan "as good as conditions al-low "

Perceptual Gestalten
Selama bertahun-tahun, Gestaltists telah mengisolasi lebih dari 100 konfigurasi (Gestalten) di mana informasi visual diatur. 

- The figure - ground relationship
Prinsip figure/ground pada Gestalt menyatakan bahwa orang secara tanpa sadar menempatkan sebuah objek di depan atau sebagai latar belakang. Biasanya, otakmu akan berfokus pada salah satunya saja. Gestaltists menjadikan hubungan figureground sebagai komponen utama dari sistem teoretis mereka. 
- Gestalt principles of  perceptual organization
Gestaltists menggambarkan prinsip-prinsip di mana unsur-unsur persepsi diatur ke dalam konfigurasi. Misalnya, rangsangan yang memiliki kontinuitas satu sama lain akan dialami sebagai unit persepsi. Untuk menggambarkan prinsip ini, Wertheimer menggunakan istilah kebersamaan intrinsik, kebutuhan yang akan segera terjadi, dan kelanjutan yang baik. Keteguhan persepsi (jangan dikelirukan dengan hipotesis keteguhan) mengacu pada cara kita menanggapi objek seolah-olah mereka sama, meskipun stimulasi aktual yang diterima indera kita dapat sangat bervariasi.

Subjective and Objective Reality : Karena otak bekerja pada informasi sensorik dan mengaturnya ke dalam konfigurasi, apa yang kita sadari, dan oleh karena itu apa yang kita lakukan sesuai dengan pada saat tertentu, lebih merupakan produk otak daripada fisik. Koffka menggunakan fakta ini untuk membedakan antara lingkungan geografis dan perilaku. Baginya, lingkungan geografis adalah lingkungan fisik, sedangkan lingkungan perilaku adalah interpretasi subjektif kita terhadap lingkungan geografis.

The Gestalt Explanation of Learning
a. Cognitive trial and error
Menurut Gestaltists, keberadaan masalah adalah salah satu pengaruh yang mengganggu. Jika suatu masalah dihadapkan, keadaan ketidakseimbangan ada sampai masalah terpecahkan. Karena keadaan ketidakseimbangan tidak wajar, itu menciptakan ketegangan dengan sifat motivasi yang membuat organisme tetap aktif sampai memecahkan masalah. Biasanya, suatu organisme memecahkan masalahnya secara perseptual dengan memindai lingkungan dan secara kognitif mencoba satu solusi yang mungkin dan kemudian yang lain sampai mencapai solusi. Dengan demikian, Gestaltists menekankan trial and error kognitif sebagai lawan dari trial and error perilaku.

b. Insightful learning 
Belajar yang disertai insight (insight full learning) biasanya mempunyai empat ciri:
    1. Transisi dari pemecahan permulaan sampai pemecahan terjadi dengan tiba-tiba. 
    2. Pemecahan dengan insight biasanya lancar dan bebas dari kesalahan. 
    3. Pemecahan dengan insight, dipegang teguh untuk pertimbangan lamanya waktu. 
    4. Mudahnya aplikasi terhadap problem yang lain. 

c. Transposition 
Bagi Gestaltist, suatu organisme mempelajari prinsip atau hubungan, bukan respons spesifik terhadap situasi tertentu. Setelah mempelajari suatu prinsip, organisme menerapkannya pada situasi serupa. Ini disebut transposisi, penjelasan psikologi Gestalt tentang transfer pelatihan. Gagasan transposisi bertentangan dengan teori transfer elemen identik Thorndike, yang menurutnya kesamaan (elemen umum) antara dua situasi menentukan jumlah transfer di antara mereka.

Productive Thinking
Wertheimer percaya bahwa beberapa pembelajaran memang terjadi ketika asosiasi mental, menghafal, latihan, dan penguatan eksternal digunakan tetapi itu Pembelajaran seperti itu biasanya sepele. Dalam analisis Wertheimer, pengajaran yang menekankan logika tidak jauh lebih baik daripada hafalan mem-orization. Seharusnya, logika menjamin bahwa seseorang akan mencapai kesimpulan yang benar. Mengajar berdasarkan gagasan seperti itu, kata Wertheimer, mengasumsikan bahwa ada cara berpikir yang benar dan bahwa evervone harus berpikir seperti itu. Tetapi seperti menghafal hafalan, mempelajari dan menerapkan aturan logika menghambat pemikiran produktif karena tidak ada aktivitas yang didasarkan pada kesadaran bahwa pemecahan masalah melibatkan orang total dan unik bagi orang itu. Menurut Wertheimer, mencapai pemahaman melibatkan banyak aspek peserta didik, seperti emosi, sikap, dan persepsi mereka, serta kecerdasan mereka.

Memory 
· Ahli Gestalt tidak menyangkal pentingnya pengalaman 
· Mereka berpendapat bahwa kecenderungan ke arah organisasi perseptual dan keseimbangan kognitif berasal dari fakta bahwa otak adalah sistem fisik 
· Bagaimanapun cara otak mengatur disediakan oleh pengalaman indrawi, dan ini menyediakan komponen pengalaman untuk teori gestalt. Komponen pengalaman lain terlihat dalam pengobatan ingatan Gestaltists  yaitu memory processes, traces, and systems. Koffka berasumsi bahwa setiap peristiwa fisik yang kita alami menimbulkan aktivitas tertentu di otak. Ia menyebut aktivitas otak yang disebabkan oleh peristiwa lingkungan tertentu adalah proses memori. Namun, sisa dari proses ingatan (jejak memori) tetap berada di otak. Setelah jejak memori terbentuk, semua pengalaman yang terkait berikutnya akan melibatkan interaksi antara proses memori dan jejak memori. Pengalaman sadar akan menjadi hasil dari kedua proses ingatan saat ini dan jejak pengalaman terkait sebelumnya. Selanjutnya, jejak “memberikan pengaruh pada proses ke arah membuatnya mirip dengan proses yang menghasilkan jejak ”. Jejak individu memberi jalan untuk sistem jejak. Otak bekerja sedemikian rupa untuk membuat ingatan sesederhana dan sesimetris mungkin dalam keadaan tertentu.

Lewin’s Field Theory 
Pada tahun 1935 ia menjadi afiliasi dengan Stasiun Kesejahteraan Anak di Universitas Iowa sebagai profesor psikologi anak, dan pada tahun 1944 ia menciptakan dan mengarahkan Pusat Penelitian Dinamika Kelompok di Institut Teknologi Massachusetts. 
1. Aristotelian versus Galilean Conception Science  
·Lewin (1935) membedakan antara pandangan Aristoteles tentang alam, yang menekankan esensi dan kategori dalam, dan pandangan Galileo, yang menekankan penyebab luar dan dinamika kekuatan 
·Bagi Aristoteles, berbagai objek alam termasuk dalam kategori menurut esensinya, dan segala sesuatu yang dimiliki anggota kategori tertentu memiliki kesamaan yang mendefinisikan esensi anggota kategori itu. Kecuali kekuatan eksternal mengganggu, semua anggota kategori memiliki kecenderungan bawaan untuk mewujudkan esensi mereka. 
·Bagi Galileo, perilaku suatu benda atau organisme ditentukan oleh gaya total yang bekerja pada benda atau organisme tersebut pada saat itu dan sebab akibat tidak berasal dari esensi batin tetapi dari kekuatan fisik 
·Bagi Lewin (1935), terlalu banyak psikologi yang masih bersifat Aristoteles dan Lewin juga melihat teori panggung sebagai perpanjangan dari pemikiran Aristotelian ·Menurut Lewin, Dalam psikologi, beralih dari seorang Aristotelian ke perspektif Galilea akan berarti mengurangi pengertian seperti naluri, tipe, dan bahkan rata-rata.

2. Life Space 
Ruang hidup seseorang terdiri dari semua pengaruh yang bekerja padanya pada waktu tertentu. Pengaruh ini, disebut fakta psikologis. Satu-satunya persyaratan agar sesuatu menjadi fakta psikologis adalah bahwa hal itu ada dalam kesadaran seseorang saat ini. Lewin merangkum keyakinannya tentang fakta psikologis dalam karyanya prinsip kontemporer. Ruang kehidupan seseorang tidak hanya mencerminkan peristiwa pribadi, fisik, dan sosial yang nyata, tetapi juga mencerminkan peristiwa imajiner. Bagi Lewin, realitas subjektif mengatur perilaku, bukan realitas fisik. Lewin percaya bahwa pemikiran dan perilaku seseorang pada saat tertentu diatur oleh totalitas fakta psikologi kronologis dan totalitas itu merupakan ruang kehidupan seseorang. Menurut Lewin, jika muncul kebutuhan, ruang kehidupan diartikulasikan dengan fakta-fakta yang relevan dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Ruang kehidupan itu dinamis, yang mencerminkan tidak hanya kebutuhan yang berubah tetapi juga pengalaman lingkungan yang dominan.

3.  Motivation 
Lewin percaya bahwa orang mencari keseimbangan kognitif. Lewin menggunakan asumsi yang sama dalam penjelasannya tentang motivasi, Kebutuhan psikologis, yang disebut Lewin kebutuhan kuasi. Ia melakukan pekerjaan doktoralnya di bawah pengawasan Lewin, Bluma Zeigarnik (1927) menguji hipotesis sistem ketegangan Lewin tentang motivasi. Kecenderungan untuk mengingat tugas yang belum selesai lebih baik daripada yang sudah selesai disebut Efek Zeigarnik. Setahun setelah Zeigarnik melakukan penelitiannya, Maria Ovsiankina (1928), yang juga bekerja dengan Lewin, menemukan bahwa individu lebih suka melanjutkan tugas yang terputus daripada menyelesaikannya 

4. Conflict 
Lewin yang pertama kali menyelidiki konflik secara eksperimental. Lewin memusatkan studinya pada tiga jenis konflik, yaitu: 
    a. Konflik pendekatan-pendekatan 
    b. Konflik menghindari-penghindaran 
    c. Konflik Pendekatan-penghindaran 
Setelah Lewin, penelitian penting berikutnya tentang konflik dilakukan oleh Neal Miller sebagai bagian dari usahanya yang sangat dihormati untuk secara tepat mendefinisikan dan mengevaluasi sejumlah konsep psikoanalitik dalam konteks teori pembelajaran.

5.  Group Dynamics
Di tahun-tahun terakhirnya, Lewin memperluas prinsip Gestalt ke perilaku kelompok. Menurut Lewin, kelompok dapat dilihat sebagai sistem fisik seperti halnya otak. Di antara anggota setiap kelompok, ada yang disebut Lewin sebagai saling ketergantungan dinamis. Lewin menyimpulkan bahwa dalam kelompok diskusi lebih banyak kekuatan tersedia untuk perubahan perilaku. Dalam studi lain, Lewin, Lippitt, dan White (1939) menyelidiki pengaruh berbagai jenis kepemimpinan pada kinerja kelompok. Lewin meninggal pada 11 Februari,1947, karena serangan jantung. Dia sedang berada di puncaknya karir dan pengaruh. Dia baru berusia 57 tahun dan baru berada di Amerika Serikat selama 12 tahun.

The Impact of Gestalt Psychology
· Psikologi Gestalt mendapat banyak kritik. Para kritikus mengatakan bahwa banyak istilah dan konsep sentralnya tidak jelas dan oleh karena itu sulit dijabarkan secara eksperimental. Bahkan kritikus mengatakan, istilah gestalt tidak pernah didefinisikan dengan tepat 
· Hal yang sama berlaku untuk hukum Prägnanz untuk wawasan dan untuk keseimbangan kognitif dan disekuilibrium. Seperti yang diharapkan, para behavioris menyerang kepedulian Gestaltist dengan kesadaran, mengklaim bahwa kekhawatiran seperti itu adalah kemunduran ke posisi metafisik lama yang telah menyebabkan begitu banyak masalah psikologi. 
· Terlepas dari ini dan kritik lainnya, bagaimanapun, teori Gestalt jelas mempengaruhi hampir setiap aspek psikologi modern

Cognitive Psychology
·Psikologi kognitif mencakup topik-topik seperti ingatan, pembentukan konsep, perhatian, penalaran, pemecahan masalah, penilaian, dan Bahasa 
·Psikologi kognitif jelas sangat populer dalam psikologi kontemporer. Namun, dalam sejarah panjang psikologi, beberapa bentuk kognisi hampir selalu ditekankan 
·Periode dari sekitar 1930 sampai sekitar 1950 ketika behaviorisme radikal sangat berpengaruh, dan ketika diyakini secara luas bahwa peristiwa kognitif tidak ada atau, jika memang ada, hanyalah produk sampingan (epifenomena) dari aktivitas otak dan dapat diabaikan. Selama keyakinan ini dominan, studi tentang proses kognitif terhambat.

New Connectionism 
Spekulasi Hebb tentang bagaimana sel berkumpul dan urutan fase berkembang. muncul kembali di salah satu psikologi kontemporer bidang penelitian paling populer koneksionisme baru. Connectionism baru adalah bentuk AI itu kontras dengan koneksionisme Thorndike. 
a. Antecendents 
Koneksionisme Thorndike dan baru koneksionisme memiliki kesamaan postulat dari koneksi saraf antara rangsangan (input) dan tanggapan (output). Namun, seperti yang akan kita lihat selanjutnya, koneksi saraf yang didalilkan oleh koneksionisme baru jauh lebih kompleks daripada yang didalilkan oleh Thorndike. Landasan salah satu jenis model koneksionis baru yang populer adalah aturan Hebb, yang menyatakan Jika neuron aktif secara berurutan atau bersamaan, kekuatan koneksi diantaranya meningkat. Meskipun aturan ini sangat dipengaruhi koneksionisme baru, itu tidak asli dengan Heb. Ini didasarkan pada hukum asosiatif dari kedekatan dan frekuensi yang kembali setidaknya ke Aristoteles; dan, David Hartley mengantisipasi Hebb dalam menerapkan prinsip asosiatif ini pada aktivitas saraf selama 200 tahun. William James juga mengantisipasi aturan Hebb, dan penjelasan neurofisiologis Pavlov tentang perkembangan refleks mengikuti Hartley dan James dengan sangat dekat. 
b. Neural Networks
Koneksionisme baru menggunakan kompleks sebagai modelnya sistem neuron buatan yang disebut jaringan saraf. Biasanya ada tiga jenis "neuron" dalam sebuah neural jaringan: input, tersembunyi, dan output. Seperti dengan otak, hubungan antara neuron dalam perubahan jaringan saraf sebagai fungsi pengalaman. Untuk neuron Hebb menjadi terkait ketika anatomi atau biokimia dari sinapsis antara mereka berubah. Dalam jaringan saraf, sinaptik perubahan disimulasikan dengan matematis yang dapat dimodifikasi bobot, atau beban, di antara unit-unit dalam jaringan. Setelah setiap penyajian masukan, jaringan saraf dirancang untuk mendeteksi unit mana di dalam jaringan aktif dan mengatur ulang diri mereka sendiri menurut aturan Hebb. Setelah setiap presentasi, jaringan mereorganisasi dirinya dengan cara yang sama. Ini menyelesaikan secara matematis apa yang seharusnya terjadi biokimia di antara neuron.
c,. Back-Propagation Systems 
Jaringan saraf diprogram sesuai dengan Aturan Hebb mengoreksi diri sendiri; yaitu pola dari output secara bertahap sesuai dengan pola input, berdasarkan pengalaman sendirian. Tapi tidak semua sistem koneksionis diprogram dengan cara itu. Beberapa adalah sistem backpropagation yang membutuhkan "guru " untuk melakukannya memberikan umpan balik tentang kinerja program. Mungkin contoh paling terkenal dari sistem propagasi balik adalah NETtalk. Kata-kata dimasukkan ke dalam sistem, dan pengaruhnya menyebar melalui unit tersembunyi sampai mereka dikodekan fonem. Fonem adalah unit terkecil dari suara yang dapat dilihat dalam suatu bahasa. fonem kode kemudian dimasukkan ke dalam penyintesis suara yang menghasilkan suara ucapan (fonem) yang sebenarnya. Pada awalnya, bobot dalam sistem adalah ditugaskan secara sewenang-wenang dan hasilnya adalah omong kosong fonemik. Pelatihan terdiri dari menyesuaikan bobot dalam jaringan sehingga perbedaan antara input dan output yang diinginkan (benar pengucapan) dikurangi secara sistematis. Ini dia umpan balik korektif yang menjadikan NETtalk sistem backpropagation dan bukan sistem yang belajar secara otomatis menurut aturan Hebb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan Psikologi

Sensasi dan Persepsi

Learning