Sensasi dan Persepsi

Nama                   : Multi Lativa Putri

NIM                     : 2210321012

Dosen Pengampu : 
  • Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog
  • Mafaza, S.Psi., M.Sc
  • Liliyana Sari, S.Psi., M.Sc
Sensasi dan Persepsi

1. Sensasi
Sensasi adalah proses yang terjadi ketika organ indera melalui beberapa reseptor menangkap stimulu dan mengubahnya menjadi sinyal di otak. Sementara itu proses mengubah stimulu menjadi aktivitas saraf disebut sebagai transduction. Sensory receptor sendiri berasal dari neuron dan dirangsang oleh energi yang berbeda-beda seperti reseptor pada mata akan dirangsang oleh cahaya sementara reseptor pada hitung akan dirangsang oleh bau.

Tidak hanya itu, masing-masing reseptor memiliki cara yang berbeda dalam melakukan transduksi tergantung pada waktu dan intensitas dari informasi yang diterima. Akan tetapi, beberapa orang dapat menginterpretasikan lebih dari satu sensasi karena sinyal yang diproses dikirim ke lokasi Cortical yang salah atau kerap disebut sebagai synesthesia disorder.

a. Sensory Thresholds
Seorang ahli menemukan perbedaan dari dua stimulus yang dapat dideteksi 50% pada saat bersamaan dan perbedaan tersebut bersifat konstan, hal itu dikemukakan oleh Ernst Weber sebagai hukum just noticeable differences atau jnd law. Sementara itu, Gustav Fechner memperluas studi yang dilakukan oleh Weber dengan mengemukakan bahwa seseorang dapat mendeteksi 50% stimulu dengan tingkat paling rendah pada waktu stimulus tersebut ada atau disebut sebagai absolute treshold. Sementara itu, stimulus yang berada di bawah kesadaran kita disebut sebagai subliminal stimuli atau dikenal sebagai stimulus yang berada di bawah ambang batas. Stimulus ini dapat mengaktifkan sensory receptors, tetapi manusia tidak sadar akan kehadiran mereka sehingga orang percaya bahwa stimulus ini bekerja pada pikiran secara tidak sadar dan mempengaruhi tingkah laku kita atau dikenal sebagai subliminal perception.

Banyak orang yang mengira bahwa subliminal perception tidak ada. Namun, beberapa researcher telah mengembangkan bukti bahwa kita juga memproses stimulus secara tidak sadar dan untuk membuktikan hal itu digunakan event-related potentials (ERPs) dan functional magnetic resonance imaging (fMRI). Percobaan ini membuktikan bahwa participants tidak sadar akan kehadiran stimulus ketika perhatian mereka ditarik. Stimulus ini akan lebih mempengaruhi reaksi otomatis seperti mimik wajah ketimbang perilaku yang sengaja dilakukan.

Terdapat cara lain dalam menganalisis bagaimana respon kita terhadap suatu stimulus atau disebut sebagai signal detection theory. Teori ini digunakan untuk membandingkan penilaian kita terhadap suatu kondisi. Seperti contoh tentang seberapa kuat seseorang memukul dan beberapa akan mengatakan bahwa pukulan tersebut kuat sementara orang lain tidak merasakannya.

b. Habituasi dan adaptasi sensori
Beberapa bagian informasi sensori pada otak akan mengabaikan stimulus yang tidak berubah atau mereka sadar akan stimulus tersebut tetapi memilih untuk tidak menaruh perhatian akan hal itu. Hal itu disebut sebagai habituasi, yaitu ketika otak mampu menerima atau berurusan dengan informasi yang tidak berubah-ubah.Tidak berbeda jauh dengan habituasi, terdapat proses lain dimana reseptor sensori secara efektif dan konstan mengabaikan informasi yang tidak berubah atau dikenal sebagai sensory adaptation. 

Apabila pada habituasi, reseptor sensori masih merespon stimulus, tetapi bagian pusat dibawah otak tidak mengirim signal menuju korteks, maka pada sensory adaption, reseptor sensori menjadi kurang responsif akan informasi yang tidak berubah bahkan reseptor tidak lagi mengirim sinyal menuju otak. Perbedaan kedua hal itu terlihat dari bagaimana otak menerima sinyal, pada habituasi otak akan berhenti menerima sinyal mengenai informasi yang tidak berubah, sementara adaptasi otak akan menjadi sedikit responsive terhadap informasi tersebut.

2. The Science Of Seeing

a. Light and the eye
Albert Einstein pertama kali mengemukakan bahwa chaya merupakan kumpulan gelombang yang disebut sebagai photon. Pada konteks psikologi, seseorang memiliki tiga aspek persepsi terhadap cahaya seperti tingkat keterangan cahaya, warna, dan saturasi. Tingkat keterangan cahaya atau brightness didefiniskan sebagai amplitudo pada gelombang yaitu tinggi rendahnya gelombang. 

Semakin tinggi gelombangnya maka semakin terang pula cahaya tersebut. Sementara itu, warna didefinisikan sebagai panjangnya suatu gelombang. Pendeknya suatu gelombang dihitung dari ujung spectrum biru yang terlihat oleh mata manusia. Saturasi sendiri merupakan kemurnian dari warna yang manusia terima. Seperti contoh, ketika kita memberikan warna biru pada canva maka tingkat saturasi tersebut tinggi karena murni hanya warna biru, tetapi apabila dicampur dengan warna putih dan berubah menjadi warna biru muda, maka saturasi tersebut rendah karena tidak menunjukkan kepekatan warna sebelumnya.

The Structure Of The Eye
Pada umumnya, mata dapat menangkap cahaya dari sumber cahaya atau dari pembiasan terhadap suatu objek. Cahaya akan dibelokkan ketika melewati zat dengan kerapatan yang berbeda atau disebut sebagai pembiasan. Sementara itu, mata memiliki peran penting dalam menerima dan memfokuskan cahaya sehingga kita dapat melihat dengan jelas. Bagian luar mata ditutupi oleh membran yang disebut sebagai kornea yang berguna untuk melindungi mata dan membantu mata untuk fokus terhadap cahaya yang datang. Kornea sendiri memiliki kelengkungan tetap, tetapi dapat berubah melalui teknik peningkatan penglihatan sehingga mengubah kelengkungan kornea. 

Lapisan selanjutnya berupa aqueous humor, yaitu cairan yang memberi nutrisi pada mata. Lalu cahaya akan masuk menuju lubang yang disebut sebagai pupil yang berada dikelilingi oleh iris mata yang berguna untuk mengatur bentuk pupil dalam menerima banyaknya cahaya yang masuk dan membantu memfokuskan gambar. Di belakang iris sendiri, terdapat struktur bening lainnya yang disebut sebagai lensa sebagai tempat terakhir untuk pemfokusan gambar.

Lensa sendiri dapat berubah bentuk dari tipis menjadi tebal untuk memfokuskan object yang dekat maupun jauh dan proses ini disebut sebagai visual accomodation. Ketebalan lensa ini membantu dalam memproyeksikan gambar dengan tajam pada retina. Pada mereka yang mengalami rabun dekat (myopia), akomodasi visual masih dapat terjadi, tetapi fokus gambar akan berada dekat pada retina. Sebaliknya, mereka yang mengalami rabun jauh (hyperopia) memiliki titik fokus di luar retina.

Setelah melewati lensa, cahaya akan melewati ruangan yang besar yang berisi cairan bening yang disebut sebagai vitreous humor. Cairan ini juga memberikan nutrisi pada mata dan membantu dalam memberikan bentuk object. Hingga pada akhirnya cahaya akan berhenti di retina yang mengandung tiga lapisan: sel ganglion, sel bipolar, dan the rods and the cones, yaitu sel reseptor yang merespon berbagai panjang gelombang cahaya. Setelah retina menyerap dan memproses informasi cahaya, maka sel batang dan sel kerucut akan menerima foton cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal yang akan dikirim ke otak melewati sel bipolar dan sel ganglion.

Sel batang dan sel kerucut bertanggung jawab terhadap aspek visual yang berbeda. Sel kerucut akan bertanggung jawab mengenai kemampuan untuk melihat sesuatu secara detail. Sel kerucut juga memiliki fungsi yang baik dalam menerima tingkatan terangnya suatu cahaya dan bertanggung jawab terhadap penglihatan warna. Sedangkan sel batang sendiri sensitif terhadap perubahan cahaya sehingga hanya terlihat gelap dan terang. Namun, satu sel batang dapat mempengaruhi sel batang lainnya karena ketika satu sel batang merangsang suatu foton maka otak akan menerima rangsangan dari semua sel batang sehingga ketajamannya sedikit rendah. Sel batang terletak disekeliling retina sehingga bertanggung jawab terhadap penglihatan di tepi retina.

b. The Visual Pathway
Cahaya yang masuk terpisah antara sisi kiri dan kanan area penglihatan. Cahaya yang berasa dari sisi kanan penglihatan akan jatuh pada sisi kiri retina dan begitu sebaliknya. Sementara cahaya yang masuk menembus lurus melewati kornea dan lensa akan menghasilkan gambar yang terbalik pada retina. Sementara itu area retina mata dibagi menjadi dua area, yaitu area yang mengarah kepada pelipis kepala yang dikenal sebagai temporal retina dan area yang mengarah ke pusat atau hidung atau disebut sebagai retina hidung. Informasi yang diterima dari sisi kiri penglihatan akan menuju sisi kanan korteks penglihatan, begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi akibat akson yang berasal dari area temporal masing-masing mata diproyeksikan menuju korteks penglihatan yang memiliki sama sisi pada otak. Sementara akson yang berasal dari pusat atau hidung diproyeksikan menuju otak secara berlawanan dan hal ini dikenal sebagai kiasma optik.

Sel kerucut bekerja dengan baik pada tingkat cahaya yang rendah dan dengan demikian mata memiliki kemampuan yang baik untuk beradaptasi dari ruangan yang terang menuju ruangan yang gelap yang dikenal sebagai dark adaptation. Namun semakin terang cahaya yang dilewati, maka semakin membutuhkan waktu yang lama untuk sel kerucut beradaptasi terhadap perubahan cahaya. Hal ini juga berkaitan dengan pertambahan usia, karena seiring bertambahnya usia maka manusia juga cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi bahkan hal ini dapat menimbulkan night blindness dimana seseorang kesulitan berada di sekitar ruangan gelap. Tidak sama halnya dengan sel kerucut yang bekerja dengan baik pada ruangan gelap, sel batang memiliki kemampuan yang baik juga dalam beradaptasi terhadap ruangan terang atau disebut sebagai light adaptation.

c. Perception of color
Terdapat dua teori mengenai bagaimana sel kerucut pada manusia dapat berperan dalam memberikan sensasi warna.

- Trichromatic Theory
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Thomas Young dan dikembangkan oleh Herman von Helmholtz dengan menjelaskan tiga jenis sel kerucut, yaitu sel kerucut merah, sel kerucut biru, dan sel kerucut hijau dan tiga warna tersebut merupakan warna dasar. Warna sendiri merupakan pantulan dari cahaya. Pencampuran warna bersifat subtraktif karena melepaskan cahaya dan cenderung menghasilkan warna yang absurd dan gelap. Namun pencampuran cahaya bersifat adiktif karena menghasilkan warna yang terang dan apabila kita fokus pada satu titik maka akan terlihat warna putih sebagai refleksi dari spektrum penglihatan.

Pada teori ini, perbedaan warna berkaitan dengan perbedaan jumlah dari cahaya yang diterima oleh masing-masing jenis sel kerucut. Kombinasi dari sel kerucut itu sendiri berkaitan dengan kecepatan respon terhadap suatu stimulus. Seperti contoh, ketika sel kerucut merah dan sel kerucut hijau bersama-sama dirangsang dengan kecepatan yang sama cepat maka akan terlihat warna kuning. Paul K. Brown telah mengidentifikasi tiga jenis sel kerucut berdasarkan sensitivitas terhadap panjang gelombang (dalam nanometer) dan puncak sensitivitas terhadap tiga warna yang berbeda. Gelombang pendek dari sel kerucut akan mendeteksi warna biru-violet, gelombang medium dari sel kerucut akan mendeteksi warna hijau, sementara gelombang panjang dari sel kerucut akan mendeteksi warna hijau kekuning-kuningan. Akan tetapi perlu diingat bahwa masing-masing sel kerucut memberikan respon disepanjang gelombang tidak hanya pada puncaknya.

- Opponent Process Theory
Teori ini menjelaskan fenomena dimana seseorang dapat melihat warna dan bentuk objek dari stimulus yang sudah dilihat sebelumnya meskipun stimulus aslinya tidak lagi di hadapan mereka. Fenomena ini disebut sebagai afterimages. Fenomena ini berkaitan dengan opponent process theory, dimana terdapat empat warna dasar yaitu merah, hijau, biru, dan kuning. Masing-masing warna ini juga memiliki pasangan, seperti merah dengan hijau dan biru dengan kuning sehingga ketika kita melihat stimulus dengan warna merah, maka afterimages yang terjadi kita akan melihat warna hijau.

Lalu bagaimana hal ini dapat terjadi? Ketika neuron yang berasal dari bipolar dan sel ganglion melewati thalamus menuju area penglihatan kortikal pada otak, beberapa neuron dirangsang oleh cahaya yang berasal dari spektrum penglihatan dan dihambat oleh cahaya yang berasal dari spektrum yang berbeda. Sel opponent process sendiri berada di dalam thalamus dan area tersebut dikenal sebagai the lateral geniculate nucleus (LGN). LGN sendiri merupakan jalannya informasi menuju lobus occipital.

- Buta Warna
Buta warna disebabkan oleh kerusakan pada sel kerucut di retina mata dan buta warna terjadi ketika dua jenis sel kerucut bekerja bersamaan dan menghasilkan banyak warna. Terdapat beberapa jenis ketidakakuratan dalam melihat warna. Yang pertama ada monochrome color blindness, yaitu tipe yang jarang terjadi ketika seseorang tidak memiliki sel kerucut atau hanya memiliki satu sel kerucut yang tidak dapat bekerja. Mereka akan cenderung melihat warna abu-abu. Yang kedua ada dichromatic vision, yaitu memiliki satu sel kerucut tetapi tidak bekerja dengan baik. Hal ini menyebabkan seseorang tidak dapat membedakan dua warna seperti merah dengan hijau karena terjadi kombinasi antara dua sel kerucut.

3. The Hearing Sense

a. Sound waves and the ear
Tidak sama dengan cahaya yang datang bersamaan dalam bentuk foton, gelombang suara merupakan getaran udara yang terjadi di sekitar kita tetapi memiliki sifat yang sama dengan gelombang cahaya seperti memiliki amplitude, panjang gelombang, dan lainnya. Panjang gelombang suara yang diidentifikasi oleh otak disebut sebagai pitch dengan tolak ukur tinggi, medium, dan rendah serta amplitude diidentifikasi sebagai volume suara. 

Di dalam cahaya, tingkat derajat suatu warna atau kepekatan warna disebut sebagai saturasi, maka pada suara disebut sebagai timbre atau banyaknya nada suara. Manusia sendiri memiliki ambang batas frekuensi yang dapat mereka dengar dan dihitung sebagai satuan gelombang per detik atau disebut sebagai hertz (Hz). Batas frekuensi pendengaran manusia itu sendiri pada umumnya berkisar 20 – 20,000 Hz.

b. Struktur telinga dan mekanisme pendengaran
- Telinga Luar
Pada bagian luar telinga, hal pertama kali yang dapat kita lihat adalah daun telinga yang berfungsi untuk menyalurkan gelombang suara dari luar menuju telinga. Daun telinga berperan sebagai corong dalam memusatkan gelombang suara.

- Telinga Tengah
Gelombang suara akan dibawa masuk ke dalam kanal telinga (auditory cannal) dan akan memukul gendang telinga, lalu mengatur getaran yang menyebabkan tiga tulang telinga tengah (malleus, incus, stapes) bervibrasi. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terakhir akan membuat membrane yang menutupi telinga (oval window) dalam bergetar.

- Telinga Dalam
Ketika oval window bergetar, maka hal itu akan menyebabkan cairan dalam koklea ikut bergetar. Cairan tersebut mengelilingi basilar membrane dan membuatnya bergetar sehingga organ Corti juga ikut bergetar. Di dalam organ Corti sendiri terdapat sel rambut yang merupakan reseptor suara. Ketika sel rambut ditekuk menuju membrane selanjutnya, maka pesan saraf akan dikirim melalui saraf pendengaran menuju otak, dimana akan melewati thalamus dan korteks pendengaran akan menafsirkan suara.

c. Proses Otak Menerima Pitch Suara

Pitch sendiri merupakan bagaimana tinggi dan rendahnya suara. Terdapat tiga cara bagaimana otak dapat menerima informasi mengenai picth suara.

- Places theory
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Hermann von Helmholtz pada tahun 1863 dan diuji oleh seorang peneliti bernama Georg von Békésy. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dapat mendengar pitch suara tergantung letak sel rambut yang dirangsang pada organ Corti. Apabila seseorang mendengar picth suara yang tinggi, hal tersebut berarti sel rambut yang berada di dekat oval window akan dirangsang. Akan tetapi, seseorang yang mendengar pitch suara rendah maka sel rambut yang berada jauh dari organ Corti akan dirangsang.

- Frequency theory
Teori ini menjelaskan bahwa kecepatan vibrasi oleh basilar membrane akan mempengaruhi pitch suara. Apabila basilar membrane bervibrasi dengan cepat maka akan terdengar pitch yang tingga, begitu sebaliknya. Kedua teori benar adanya karena ketika basilar membrane bervibrasi secara cepat, maka sel rambut yang berada di dekat oval window akan terangsang, begitu juga sebaliknya.

- Volley principle
Neuron mengirimkan frekuensi suara 1,000 Hz dalam sekali bekerja. Volley principle menjelaskan bagaimana kelompok neurons dalam mengirimkan berbagai frekuensi suara. Sebagai contoh, ketika seseorang mendengar frekuensi suara 4,000 Hz, maka akan terdapat empat kelompok neurons, dimana masing-masing kelompok akan mengirimkan frekuensi suara 1,000 Hz.

d. Gangguan Pendengaran

1. Tuli Konduksi : Hal ini dapat terjadi ketika gendang telinga atau tulang telinga tengah mengalami kerusakan sehingga pengiriman vibrasi dari gendang telinga menuju telinga dalam menjadi lemah. Ini dapat diatas dengan menggunakan alat bantu suara.

2. Tuli Saraf : Tuli saraf dapat terjadi apabila terdapa kerusakan pada sel rambut. Hal ini juga sering terjadi ketika mengalami penuaan dimana kita kehilangan beberapa sel rambut dan paparan suara yang keras akan merusak sel rambut tersebut. Kerusakan yang terjadi pada saraf pendengaran membuat hal itu sulit diatasi jika hanya menggunakan hearing aids. Tuli saraf dapat diatasi dengan menggunakan cochlear implant yaitu perangkat elektronik yang dapat mengirimkan signal menjadi rangsangan listrik ke serangkaian elektroda yang ditanam pada koklea, lalu merangsang saraf pendengaran.

4. Chemical Sense
Indera pengecap dan indera pembau pada umumnya saling berkaitan. Hal itu dapat dibuktikan pada kehidupan sehari-hari ketika kita tidak dapat mencium bau, maka kita juga cenderung tidak dapat mengecap rasa makanan.

a. Indera pengecap
Bagaimana indera pengecap dapat bekerja?
Taste buds merupakan sebutan umum untuk sel receptor rasa, dimana beberapa neuron bertanggung jawab untuk mendeteksi rasa atau disebut sebagai gustasi. Pada umumnya taste buds terletak pada lidah, tetapi beberapa terletak juga di atas mulut, pipi, bawah lidah, bahkan di tenggorokan. Sementara itu, benjolan yang sering kita lihat pada lidah disebut sebagai papillae dan taste buds tersebut berada pada dinding papillae.

Pada kenyataannya, receptor dari taste buds tersebut mirip dengan receptor site pada neuron. Receptor dari taste buds akan menerima berbagai molekul dan mencocokan diri terhadap molekul tersebut. Rasa sering disebut sebagai indera kimia karena mengandung molekul yang berasal dari makanan dan kerjanya sama dengan bagaimana neurontransmitter mencocokan diri terhadap receptor. Ketika molekul coock dengan receptornya, maka signal tersebut akan dilanjutkan ke otak dan diinterpretasikan sebagai sensasi rasa.

Lima dasar rasa
Pada tahun 1916, seorang Psychologist asal German bernama Hans Henning mengemukakan bahwa ada empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Namun, pada tahun 1996, Lindemann mengembangkan pernyataan Henning dengan menjelaskan bahwa terdapat rasa kelima yaitu rasa gurih. Rasa kelima ini sering disebut sebagai “umami” yang diambil dari bahasa Jepang. Seorang dokter asal Jepang berhasil menemukan sensasi gurih dari zat makanan laut yang disebut sebagai glutamate. Glutamate sering dijumpain pada MSG dan kelenjar susu manusia. Akan tetapi, saat ini masih dilakukan penelitian selanjutnya mengenai rasa keenam yang disebut sebagai oleogustus, yaitu rasa asam lemak pada makanan yang kita makan.

Semua sensasi rasa diproses di seluruh lidah, dimana informasi mengenai rasa dikirim menuju korteks gustatory yang berada di bagian depan insula (area korteks yang yang ditutupi oleh lipatan operculum) dan frontal operculum. Semua itu diproses pada persepsi atas rasa, sementara tekstur dari makanan yang kita makan diproses di korteks somatosensory dari lobus parietal.

b. Indera pencium
Kemampuan mencium bau atau aroma disebut sebagai olfaction atau olfactory sense. Bagian luar hidung memiliki kinerja yang sama dengan bagian luar telinga yaitu mengumpulkan informasi lalu diteruskan ke bagian tubuh yang akan menginterpretasikan dalam saraf. Bagian dari system penciuman yang mengubah bau menjadi sinyal otak terletak di bagian atas hidung.

Sementara itu, sel reseptor dari olfactory sense adalah rambut yang berada pada hidung atau dikenal sebagai cilia. Seperti taste buds, receptor cites pada sel-sel rambut akan mengirim sinyal ke otak ketika molekul udara bergerak melewatinya. Apabila pada penglihatan, pendengaran, dan pengecap akan melewati thalamus lalu menuju area korteks untuk memproses informasi sensorik tertentu, berbeda dengan penciuman dimana memiliki tempat sendiri pada otak atau disebut sebagai olfactory bulb.

5. Somesthetic Sense

a. Types of sensory receptors in the skin
Terdapat banyak receptor yang berbeda pada lapisan kulit dan beberapa dari mereka hanya merespon satu sensasi. Seperti pacinian corpuscles yang merespon perubahan tekanan pada kulit. Terdapat juga ujung saraf bebas yang berada pada paling atas lapisan kulit yang memberikan respon terhadap perubahan suhu, tekanan, dan juga memberikan rasa sakit. Kulit memiliki serabut saraf nyeri sebagai reseptor terhadap tekanan.

Pada umumnya terdapat jenis rasa sakit yang berbeda. Yang pertama, visceral pain dimana rasa sakit dideteksi oleh reseptor pada organ. Lalu ada somatic pain dimana sensasi rasa sakit pada kulit, otot, tendon, dan persendian. Nyeri somatik ini menjadi peringatan pada tubuh bahwa terdapat kerusakan.

b. Pain: Gate Control Theory
Salah satu penjelasan mengenai bagaimana sensasi dari rasa sakit dapat bekerja disebut sebagai gate control theory oleh Ronald Melzack dan Patrick Wall. Teori ini menjelaskan bahwa sinyal rasa sakit akan melewati gerbang yang berada pada spinal cord. Gerbang itu sendiri dapat menutup kembali melalui sinyal rasa tidak sakit dari otak dan dari tubuh menuju spinal cord. Gerbang itu sendiri merupakan bagian dari keseimbangan aktivitas saraf pada spinal cord dalam menerima informasi dari tubuh menuju otak.

Substance P adalah sebutan dari sebuah neuromodulator yang dilepas ketika terjadi rangsangan pada sel reseptor rasa sakit. Substansi P yang telah dilepas menuju spinal cord akan mengaktifkan neuron lain lalu mengirimkan pesan melewati gerbang spinal yang sudah dibuka oleh sinyal rasa sakit. Lalu informasi yang sudah sampai di otak akan mengaktifkan sel pada thalamus, somatosensory cortex, area lobus frontal, dan sistem limbik. Otak akan menginterpretasikan rasa sakit tersebut dan mengirimkan sinyal melalui gerbang spinal dan akan menghasilkan rasa sakit yang lebih besar atau rasa sakit tersebut diredam. 

Penentuan rasa sakit tersebut dapat dipengaruhi oleh aspek psikologi, dimana seseorang yang mengalami kecemasan dan ketakutan akan lebih merasakan rasa sakit sementara seseorang yang mudah tertawa dan perhatiannya teralihkan akan lupa mengenai rasa sakit tersebut. Rasa sakit juga dapat dipengaruhi oleh sinyal lain yang diberikan kulit seperti ketika kita merasakan sakit, dengan menggosokkan tangan maka rasa sakitnya akan berkurang. Aspek psikologi yang sama juga dapat mempengaruhi produksi endorphins, dimana endorfin dapat menghambat perpindahan sinyal rasa sakit di otak dan menghambat produksi dari substansi P pada spinal cord.

c. Pain disorders

Terdapat kondisi dimana beberapa orang tidak dapat merasakan rasa sakit yang disebut sebagai congenital analgesia condition dan congenital insensitivity to pain with anhidrosis (CIPA). Mereka tidak akan merasakan sakit bahkan cenderung tidak takut akan sesuatu. Hal ini juga memengaruhi saraf yang membawa sinyal panas, dingin, dan sensasi. Kondisi lainnya dimana seseorang yang kehilangan tangan atau kakinya dapat merasakan nyeri pada bagian itu disebut sebagai phantom limb pain condition.

d. Body movement and position
- Indera kinestetik dan proprioseptif
Reseptor tertentu yang terletak pada otot, tendon, dan sendi memberikan informasi mengenai pergerakan tubuh serta meningkatkan kesadaran atas pergerakan tubuh atau kinesthesia, yaitu sensasi bergerak. Reseptor ini juga memberikan informasi proprioseptif yaitu menginformasikan dimana bagian tubuh kita dan posisi mereka ketika berada di udara dan ini disebut sebagai proprioception.

- The vestibular sense
Indera ini terletak pada ruang terdalam telinga dan memiliki dua jenis vestibular organ, yaitu otolith organs dan kanalis semirsirkularis. Organ ortolith terletak di atas koklea dan mengandung gelatin berupa cairan serta kristal yang tergantung yang berada di dalam kantung. Ketika kepala bergerak maka cairan akan bervibrasi dan membuat reseptor berupa rambut kecil untuk menginformasikan bahwa seseorang bergerak ke depan, belakang, samping, atas, ataupun bawah. Kanalis semirsirkularis sendiri merupakan tiga tuba sirkularis yang diisi dengan cairan yang akan menstimulasi reseptor ketika mereka berotasi. Sebagai contoh, ketika kita berputar di tempat lalu berhenti, kita akan merasakan pusing. Hal itu dikarenakan tubuh memberikan informasi bahwa kita masih bergerak sementara mata menginformasikan bahwa kita berhenti bergerak.

Perbedaan informasi itu menyebabkan motion sickness atau mual, kecenderungan mual di dalam keadaan yang bergerak terutama ketika gerakannya tidak teratur. Pada keadaan normal, indera vestibular akan bekerja sama dengan indera lainnya. Namun pada beberapa orang, informasi dari mata dapat menyebabkan konflik kecil dengan organ verstibular sehingga seseorang dapat merasakan pusing dan mual. Penjelasan ini dikenal sebagai sensory conflict theory.

6. Persepsi

a. The Constancies: Size, Shape, and Brightness
Size constancy adalah kemampuan seseorang untuk melihat suatu objek dengan ukuran yang selalu sama terlepas seberapa jauh jarak objek dengan yang melihat. Persepsi lainnya yaitu shape contancy dimana seseorang akan melihat bentuk suatu objek sebagai hal yang konstan. Persepsi terakhir yaitu brightness constancy yaitu seseorang melihat kecerahan suatu objek akan selalu sama meskipun kecerahannya berubah.

b. The Gestalt Principles

- Figure ground relationships : dimana seseorang dapat mempersepsikan dua sisi sebagai depan dan belakangnya. Hal ini disebut sebagai reversible figures karena figur dan sisi belakang suatu objek dapat dibolak balik.
- Proximity : kecenderungan persepsi seseorang melihat objek yang satu dekat dengan objek lainnya di dalam kelompok yang sama
- Similarity : kecenderungan seseorang dalam mempersepsikan beberapa objek yang terlihat mirip karena berada dalam kelompok yang sama
- Closure : kecenderungan untuk menghubungkan figur yang terpisah
- Continuity : kecenderungan seseorang dalam mempersepsikan suatu objek sebagai hal yang mudah dengan menyatukan pola yang ada ketimbang merusak pola menjadi struktur yang rumit
- Contiguity : persepsi terhadap dua objek yang dekat dalam waktu yang hampir bersamaan
- Common region : persepsi terhadap objek yang berada pada area atau daerah yang sama sebagai satu kelompok

c. Depth Perception
Depth perception adalah kemampuan untuk melihat dunia dalam tiga dimensi. Tanpa ini kita tidak dapat memperkirakan seberapa jauh objek berada. Beberapa hanya menggunakan satu mata dan lainnya dua mata.

- Monocular cues : tanda ini biasanya digunakan oleh para seniman untuk memberikan ilusi pada gambaran mereka.
1) Linear perspectives: kecenderungan melihat garis yang sejajar menjadi memusat. Sehingga garis seolah-olah bergerak menjauhi penglihat
2) Relative size: objek yang terlihat semakin kecil dan menjauh
3) Overlap: ketika suatu objek menutupi objek lain sehingga terlihat bahwa objek berada sangat jauh
4) Aerial perspectives : semakin jauh objek maka semakin kabur objek tampak akibat adanya partikel debu, kotoran, dan lainnya yang menutupi gambar
5) Texture gradient : ketika suatu objek yang terlihat dekat memiliki tekstur yang lebih kasar sementara objek yang jauh memiliki tekstur yang halus
6) Motion parallax : ketika seseorang berada dalam kendaraan yang bergerak, sesuatu yang dekat terlihat bergerak sangat cepat dan sesuatu yang jauh bergerak lambat
7) Accommodation

- Binocular Cues
1) Convergence: rotasi dua mata untuk fokus pada satu objek
2) Binocular disparity: ketika objek yang terlihat oleh kedua mata memiliki jarak yang berbeda oleh masing-masing mata

d. Perceptual Ilusi
Ilusi sendiri adalah persepsi yang tidak berkaitan dengan realiti. Ilusi tidak sama dengan halusinasi karena ilusi merupakan persepsi yang terdistorsi dari sesuatu yang bener ada sementara halusinasi adalah hasil dari otak yang tidak benar-benar ada.
- The Herman Grid : Ilusi ini merupakan penjelasan mengenai respon dari neuron pada korteks penglihatan primer yang merespon cahaya pada spesifik orientasi. Ilusi ini juga menjelaskan "comolex cell" yang merespon orientasi dan pergerakan serta "end stopped cells" yang merespon sudut, lengkungan, dan ujung.
- Muller Lyer Illusion : ilusi ini menjelaskan bagaimana distorsi terjadi ketika seseorang melihat kedua objek yang sama besar atau sama panjang.
- The Moon Illusion
- Illusions of Motion : benda terlihat seolah-olah bergerak tetapi tetap berada di posisi semula

e. Other factors that influence perception

- Perceptual expectancy : kecenderungan seseorang melihat suatu hal berdasarkan ekspetasi dan pengalaman mereka
- Top down processing : menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam menyatukan berbagai fitur yang ada
- Bottom up processing : menganalisis sesuatu yang kecil dan membuat nya menjadi persepsi yang komplit


Contoh Aplikatif dari Teori yang Dibahas
1. Habituasi dan adaptasi sensori: contoh dari habituasi adalah ketika seseorang melewati tumpukan sampah setiap hari, maka diawal seseorang tersebut akan merasa bau. Namun secara bertahap seseorang tersebut akan mengabaikan bau tersebut dan terbiasa akan bau sampah tersebut. Contoh dari adaptasi sendiri ketika seseorang makan makanan yang lezat, dia akan merasakan kenikmatan makanan tersebut diawal, tetapi tidak merasakan kenikmatan yang sama setelah berada pada suapan berikutnya

2. Muller Lyer Illusin: ketika kita melihat tiang yang tinggi dari kejauhan, ujung tiang terlihat sangat dekat dengan kita. Namun ketika melihar tingan yang tinggi secara dekat, ternyata ujung tersebut menjadi terlihat sangat jauh dari kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan Psikologi

Learning