Kognisi

 Nama                  : Multi Lativa Putri

NIM                     : 2210321012

Dosen Pengampu : 
  • Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog
  • Mafaza, S.Psi., M.Sc
  • Liliyana Sari, S.Psi., M.Sc
KOGNISI

Berpikir atau kognisi merupakan aktivitas mental yang berlangsung pada otak mengenai bagaimana informasi diproses dan disalurkan. Terdapat dua tipe berpikir, yang pertama disebut sebagai System 1 dimana terjadi proses pembuatan keputusan dan menggunakan jalan pintas kognisi yang mengatur kemampuan lahiriah dan pengalaman seseorang. Sementara System 2 berupa analitis dan berdasarkan aturan-aturan yang ada atau secara spesifik berasal dari edukasi yang kita dapat.

A. Mental Imagery

Mental imagery adalah representasi mental terhadap objek atau kejadian dalam bentuk gambar. Secara sederhananya, mental imagery dapat diartikan bagaimana kita mengimajinasikan suatu gambar setelah melihatnya dan disimpan di dalam otak. Namun di dalam otak, mental image yang kita lihat berbeda dari apa yang kita lihat sesungguhnya. Ketika melihat gambar yang sesungguhnya, informasi akan pergi dari mata menuju korteks visual pada lobus occipital dan diproses serta diinterpretasikan oleh area korteks yang lain yang akan membandingkan informasi baru dengan informasi yang sudah ada. 

Di dalam membentuk mental image, area pada korteks yang berasosiasi dengan penyimpanan pengetahuan akan mengirim informasi menuju korteks visual. Mental imagery bekerja sama dengan korteks frontal sebagai kontrol kognisi, lobus temporal sebagai memori, lobus parietal sebagai atensi dan memori spasial, dan lobus occpital sebagai proses atas visual.

B. Concepts and Prototypes
Konsep adalah ide yang mempresentasikan sebuah kategori dari objek atau kejadian dan aktivitas. Konsep sendiri membantu seseorang untuk berpikir cepat akan suatu objek tanpa harus berpikir secara spesifik. Konsep tidak hanya mengenai ciri-ciri khusus dari suatu objek tetapi konsep juga tentang bagaimana kita dapat mengidentifikasi objek baru dan mungkin cocok dengan konsep yang sudah ada. Formal konsep sendiri adalah konsep yang memiliki aturan yang spesifik atau ciri-ciri yang lebih spesifik dan bersifat cukup kaku. Namun, terdapat sebutan lain ketika seseorang menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang ada di dunia nyata atau hasil dari pengalaman dengan konsep tersebut dan dikenal sebagai natural konsep.

Prototype sendiri adalah salah satu contoh dari konsep yang definisinya sangat cocok dengan karakteristik dari konsep itu sendiri. Pada umumnya prototype berkembang sesuai keadaan seseorang terhadap representasi suati objek seperti berdasarkan daerah tempat tinggal, budaya, dan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan konsep merupakan salah satu cara untuk seseorang dalam menangani informasi yang ditangkap oleh indera lalu disusun menjadi persepsi dan penyusuan ini membentuk skema atau generalisasi yang terjadi pada mental terhadap objek, tempat, bahkan orang dan terbentuk pula script yang merupakan salah satu jenis skema yang mengandung urutan kegiatan yang sudah terjadi.

C. Problem Solving dan Decision Making Strategies
Problem solving terjadi ketika suatu tujuan harus digapai melalui pikiran dan perilaku dalam beberapa cara. Problem solving sendiri merupakan salah satu aspek dari decision making, yaitu proses kognisi yang menyangkut tentang identifikasi, evaluasi, dan pemilihan beberapa cara alternatif. Terdapat beberapa cara yang berbeda bagaimana orang dapat berpikir untuk memecahkan masalah:
1. Trial and eror : metode problem solving dimana satu solusi yang paling memungkinkan setelah melalui berbagai percobaan hingga suatu cara yang berhasil ditemukan

2. Algorithms : metode yang paling spesifik dengan mengikuti step by step prosedur untuk memecahkan beberapa jenis masalah

3. Heuristics
  • Representativeness heuristic
  • Availability heuristic
  • Insight: solusi yang sudah ada dipikiran
Terdapat pula tiga hambatan dalam pemecahan masalah:
  • Functional fixedness : hambatan yang terjadi karena memikirkan suatu objek hanya berdasarkan fungsi khusus mereka.
  • Mental set : kecenderungan seseorang dalam menggunakan solusi di masa lalu tanpa mencari kemungkinan solusi lainnya
  • Confirmation bias: kecenderungan untuk melihat bukti yang cocok dengan kepercayaan mereka tanpa melihat bukti lainnya
D. Creativity
Adapula cara lain dalam memecahkan masalah dengan mengombinasikan beberapa ide dan perilaku menjadi cara yang baru. Sementara itu terdapat pula convergent thinking dimana proses pemecahan masalah dengan menganggap hanya terdapat satu jawaban tunggal menggunakan pengetahuan dan logika. Divergent thinking adalah kebalikan dari convergent thinking.



Intelligence
A. Theories of Intelligence
Intelligence itu sendiri adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman seseorang, pengetahuan, dan oenggunaan beberapa sumber secara efektif dalam memecahkan suatu masalah.
1. Spearman's g factor
Spearman membagi kecerdasan menjadi dua kemampuan yang berbeda, yang pertama g factor sebagai kecerdasan secara umum sedangkan kemampuan khusus terhadap tugas dibidang tertentu dikenal sebagai s factor atau kecerdasan spesifik.

2. Gardner's multiple intelligences


3. Sternberg's triarchic theory
Menurut Sternberg sendiri terdapat tiga jenis dari kecerdasan. Yang pertama ada triarchic theory of intelligence yang menyangkut kecerdasan dalam bidang analitis, kreativitas, dan kecerdasan praktik.
  • Analytical intelligence: kemampuan menyelesaikan masalah menjadi komponen lebih kecil secara analisis
  • Creative intelligence: kemampuan untuk menangani konsep baru yang berbeda dengan cara yang baru dalam menyelesaikan masalah
  • Practical intelligence: kemampuan untuk menggunakan informasi dalam menjalani kehidupan
4. Cattell-Horn-Carroll theory


5. Neuroscience Theories

B. Measuring Intelligence
  • Binet's mental ability test : melihat seberapa cepat anak-anak dapat belajar, tetapi Binet menyimpulkan bahwa kunci dari test ini adalah usia mental seorang anak dan rata-rata umur anak sehingga dapat menjawab level pertanyaan tertentu
  • Stanford- Binet and IQ > mengembangkan intelligence quotient (IQ) yaitu pengukuran kecerdasan dengan membagi usia mental seseorang dengan usia aslinya lalu dikalikan dengan 100
  • The Wechsler Tests



C. Test Construction
  • Reliability and validity : reability mengacu kepada konsistensi dari test tersebut dimana hasilnya harus selalu sama dari waktu ke waktu. Sementara validity mengacu bagaimana suatu tes bener-bener mengukur apa yang seharusnya diukur.
  • Standardization of tests : standradisasi dari sebuah tes bagaimana tes ini dapat diterapkan kepada sekelompok besar orang dari tes yang sudah dilakukan kepada perwakilan.
  • Norms : skor dari standardisasi tersebut disebut sebagai norma dimana akan dibandingkan dengan nilai yang sudah ada. Hal ini juga menggunakan deviation IQ score untuk menghitung IQ dalam distribusi normal dengan rata-rata sekitar 100 dan standard deviasi 15.

  • IQ test and cultural bias
  • Usefulness of IQ tests
D. Individual Differences in Intelligence
  • Intellectual disability > kondisi dimana perkembangan kognisi dan perilaku seseorang tidak sesuai dengan perkembangan usia seperti teman sebayanya atau lebih dikenal sebagai perkembangan tertunda
  • Giftedness > sering disebut sebagai jenius karena memiliki kecerdasan diatas kurva normal atau diatas rata-rata IQ 130
  • Emotional intelligence > kemampuan untuk memahami dan mengatur emosi sendiri bahkan orang lain
Language
A. The Levels of Language Analysis
Language atau bahasa adalah sistem yang berasal dari kombinasi beberapa simbol seperti kata untuk memberikan arti pada suatu pernyataan sehingga tercapainya tujuan dalam berkomunikasi dengan yang lain.

Struktur bahasa:
  • Grammar: struktur dan penggunaan bahasa
  • Phonemes: bunyi dalam bahasa
  • Morphemes: makna dalam bahasa > bentuk terkecil
  • Syntax: kombinasi kata dan frase untuk membentuk kalimat
  • Semantics: arti kata dalam kalimat
  • Pragmatics: cara berkomunikasi
B. Development of Language


C. The Relationship Between Language and Thought
1. Two theories on the relationship between language and thought
Piaget percaya bahwa ketika seorang anak berbicara diluar konteks pembicaraan dengan lawan bicaranya disebut sebagai collective monologue dan pembicaraan ini egosentris lalu akan membuat anak menjadi lebih sosialis. Sementara menurut Vygotsky, bahasa cenderung membantu dalam perkembangan konsep dan anak dapat belajar mengontrol perilaku.
  • Linguistic relativity hypothesis : proses pikiran dan konsep dikontrol oleh bahasa
  • Cognitive universalism : konsep bersifat universal dan mempengaruhi perkembangan bahasa

Contoh aplikatif teori dalam kehidupan sehari - hari :
  1. Mental Imagery : ketika seseorang diminta untuk mengingat sebuah gambar dan setelah melihat gambar tersebut, seseorang dapat mengimajinasikan dalam pikirannya gambar tersebut. Seperti ketika melihat suatu peta kita dapat mengimajinasi kannya dalam bentuk fisik dipikiran kita.
  2. Konsep dan prototype : ketika seseorang menyebut kata "burung" maka orang lain akan langsung berpikir burung itu adalah hewan yang dapat terbang, bersayap, dan berbulu sehingga disebut sebagai konsep

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan Psikologi

Sensasi dan Persepsi

Learning