Motivasi dan Emosi
Nama : Multi Lativa Putri
NIM : 2210321012
Dosen Pengampu :
- Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog
- Mafaza, S.Psi., M.Sc
- Liliyana Sari, S.Psi., M.Sc
MOTIVASI DAN EMOSI
Approaches to Understanding Motivation
1. Definition Motivation
Motivasi adalah proses yang terjadi ketika suatu aktivitas akan dimulai dan diarahkan lalu dilanjutkan sehingga kebutuhan fisik dan mental terpenuhi. Secara sederhananya, motivasi berarti untuk berpindah yang diambil dari bahasa Latin movere. Terdapat dua jenis motivasi, yang pertama yaitu extrinsic motivation, yaitu seseorang menunjukkan suatu aksi karena mereka dituntun oleh orang lainnya. Sementara intrinsic motivation adalah seseorang menunjukkan suatu aksi yang berasal dari diri sendiri karena hal itu menyenangkan, memberikan hadiah atau keuntungan, memberikan tantangan, dan lainnya.
2. Early Approaches to Understanding Motivation
- Instincts and the evolutionary approach : instincts sendiri didefinisikan sebagaisegala sesuatu yang berkaitan dengan biologi dan bawaan sejak lahir akan perilaku yang dimiliki seseorang ataupun hewan.
- Drive-reduction theory : pendekatan lainnya berkaitan dengan kebutuhan manusia. Kebutuhan itu akan menuntun manusia sehingga menghasilkan tensi secara psikologis dan fisik untuk memotivasi manusia dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan tensi tersebut, dimana tensi tersebut dikenal sebagai drive. Drive reduction theory sendiri tidak berbeda jauh dengan pengertian dasar sebelumnya, yaitu hubungan antara psikologi internal dengan perilaku yang dihasilkan.
- Acquired (secondary) drives: pembelajaran yang berasal dari pengalaman dan kondisi
3. Different strokes for different folks: Psychological needs
Emosi adalah perasaan secara sadar yang dikarakteristikan oleh gairah fisik, perilaku, dan bawaan perasaan itu sendiri atau perasaan batin.
3. Different strokes for different folks: Psychological needs
- Mcclelland's Theory : Affilation, Power, and Achievement Needs > kebutuhan afilasi menjelaskan mengenai kebutuhan akan hubungan diantara dirisendiri dengan orang lain. Kebutuhan akan kekuatan yaitu berkaitan dengan kontrol seseorang dalam mendapatkan tujuan. Kebutuhan akan pencapaian yaitu berkaitan dengan kesuksesan dalam mencapai tujuan.
- Personality and Nach : Carol Dweck's Self-Theory of Motivation > tidak beda jauh dengan teori sebelumnya, Dweck menjelaskan bahwa kebutuhan akan pencapaian sangat berkaitan dengan faktor personal termasuk persepsi seseorang akan keberhasilan yang akan ia gapai. Konsep yang dikembangkan oleh Dweck sendiri yaitu locus of control, dimana seseorang beranggapan bahwa mereka mampu mengontrol apa yang terjadi kepada mereka baik secara internal di dalam locus of control dan diatur oleh kekuatan orang lain yang disebut sebagai eksternal pada locus of control.
- Stimulus motive : stimulus yang tidak dipelajari tetapi menjadi salah satu penyebab peningkatan stimulasi
- Arousal theory : seseorang beranggapan untuk memiliki level tensi yang optimal. Terdapat pula scale untuk menilai sensasi yang dibutuhkan setelah melakukan arousal.
- Incentive approaches : menjelaskan bagaimana perilaku disebut sebaga respon dari stimulus eksternal dan diberikan hadiah
- Maslow's hiearchy of needs
- Self-determination theory : teori ini menjelaskan mengenai tiga kebutuhan yaitu autonomy (kontrol perilaku dan tujuan), competence (kemampuan mengerjakan tugas yang memberi tantangan), dan relatedness (perasaan untuk memiliki dan keamanan akan orang lain).
Emosi adalah perasaan secara sadar yang dikarakteristikan oleh gairah fisik, perilaku, dan bawaan perasaan itu sendiri atau perasaan batin.
1. The Three Elements of Emotion
- The physiology of emotion, gairah fisiologis dibuat oleh sistem saraf simpatik dan dikaitkan dengan aktivitas otak di area tertentu (misalnya, amigdala) dan aktivitas belahan otak kanan atau kiri.
- The behaviour of emotion, ekspresi emosional, ekspresi emosional dapat bervariasi antar budaya tetapi beberapa ekspresi tampaknya bersifat universal, misalnya di Jepang orang-orang tidak memperlihatkan emosinya dalam situasi publik, saat situasi privat, ekspresi dari emosi itu lebh mudah terlihat. Aturan tampilan juga bervariasi antar budaya dan menurut jenis kelamin, penelitian menyebutkan bahwa laki-laki enggan membicarakan tentang perasaannya dalam setting sosial, sedangkan perempuan diharapkan dan didorong untuk melakukan hal tersebut.
- Subjective experience, pelabelan subjektif emosi sebagian besar merupakan respons yang dipelajari, dipengaruhi oleh bahasa dan budaya.
2. Early Theories of Emotion Common sense theory
- Common sense theory
- James Lange theory of emotion, teori di mana reaksi fisiologis mengarah pada pelabelan emosi. Pada teori ini, stimulus dapat menghasilkan reaksi fisiologis. Reaksi ini adalah semacam kebangkitan sistem saraf simpatik, menghasilkan sensasi tubuh. Misalnya, saat mendengar stimulus gonggongan anjing akan memicu respon fisiologis berupa peningkatan detak jantung yang menghasilkan rasa takut
- Canon Bard theory of emotion, teori di mana reaksi fisiologis dan emosi diasumsikan terjadi pada saat yang bersamaan. Teori ini mengatakan bahwa informasi sensorik yang masuk ke otak dikirim secara bersamaan (oleh talamus) ke korteks dan organ sistem saraf simpatik. Oleh karena itu, ketakutan dan reaksi tubuh dialami pada saat yang sama—bukan satu demi satu. Misalnya saat mendengar gonggongan anjing. Stimulus tersebut akan dikirimkan ke korteks dan saraf simpatik sehingga menghasilkan rasa takut dan gemetar dalam waktu yang sama.
- The facial feedback hypothesis, teori yang mengakatan bahwa ekspresi wajah memberikan umpan balik ke otak tentang emosi yang diekspresikan, yang menyebabkan dan mengintensifkan emosi. Misalnya kita akan cenderung terseyum saat merasa senang, akan tetapi dengan tersenyum, kita juga merasa senang. Misalnya lagi saat kita mendengar gonggongan anjing, kita akan membuat ekspresi takut di wajah yang menimbulkan rasa takut juga.
3. Cognitive Theories of Emotion
- Congnitive arousal theory (two-factor theory) Schachter dan Singer (1962), teori emosi di mana baik gairah fisik dan pelabelan gairah yang didasarkan pada isyarat dari lingkungan harus terjadi sebelum emosi dialaminya. Misalnya, jika seseorang menemukan anjing yang menggeram saat berjalan, rangsangan fisik (jantung berdebar, mata terbuka lebar) disertai dengan pikiran (kognisi) bahwa ini pasti rasa ketakutan. Baru setelah itu orang tersebut akan mengalami emosi ketakutan. Dengan kata lain, “Saya terangsang oleh kehadiran seekor anjing yang menakutkan; oleh karena itu, saya harus takut.”
- Lazarus and the cognitive-mediational theory of emotion, teori emosi di mana stimulus harus ditafsirkan (dinilai) oleh seseorang untuk menghasilkan respons fisik dan reaksi emosional. Misalnya saat melihat anjing yang sedang menggeram, penilaian situasi akan datang sebelum gairah fisik dan pengalaman emosi. Jika anjing berada di balik pagar yang kokoh, penilaiannya akan menjadi sesuatu seperti "tidak ada ancaman". Emosi yang paling mungkin adalah terganggu, dan tidak ada rangsangan fisik. Tetapi jika anjing itu tidak dikurung, kemungkinan besar penilaiannya adalah "binatang yang mengancam bahaya!" yang akan diikuti oleh peningkatan gairah dan pengalaman emosional ketakutan. Dengan kata lain, itu adalah interpretasi dari gairah yang menghasilkan emosi ketakutan, bukan pelabelan seperti dalam model Schachter-Singer, dan interpretasi datang lebih dulu.
Contoh aplikatif dalam kehidupan sehari - hari:
- The Facial Feedback Hypothesis : saya sedang menonton film komedi kartun dab beberapa scene membuat saya tersenyum. Ekspresi wajah tersenyum membuat suasana hati saya menjadi lebih senang dan tenang
- Cognitive Arousal Theory : ketika saya melihat seekor cicak tepat didepan mata saya, saya akan merasakan respon berupa mata saya terbuka lebar dan terdiam seketika. Maka hal itu akan dipersepsikan dalam pikiran atau kognisi saya sebagai rasa takut atau bahwa saya sedang ketakutan karena apa yang saya alami merupakan salah satu ekspresi takut.
Komentar
Posting Komentar