Learning

Nama                   : Multi Lativa Putri

NIM                     : 2210321012

Dosen Pengampu : 
  • Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog
  • Mafaza, S.Psi., M.Sc
  • Liliyana Sari, S.Psi., M.Sc
Learning 

Definition of Learning
Pengertian belajar tergantung bagaimana kita meletak kata "belajar" pada situasi tertentu seperti belajar adalah ketika kita mencoba untuk mengetahui sesuatu atau belajar adalah bagaimana kita mengerti dan memahami dalam mengerjakan suatu hal. Sehingga pengertian belajar adalah segala sesuatu yang bersifat relatif berubah terhadap perilaku ketika melalui pengalaman ataupun latihan. Yang dimaksud perubahan secara relatif disini adalah ketika seseorang belajar sesuatu dan mengingatnya secara terus-menerus. Sementara itu, yang dimaksud perubahan terhadap perilaku itu sendiri adalah ketika seseorang cenderung melakukan hal yang sama ketika hal itu memberikan pengalaman yang menyenangkan atau tidak akan melakukan hal yang sama ketika hal itu justru memberikan pengalaman yang menyakitkan sehingga dapat terjadi perubahan perilaku terhadap bagaimana yang mereka rasakan ketika mengalaminya.

Classical Conditioning

Pavlov and the salivating dogs
Pavlov mengukur air liur yang dikeluarkan oleh anjing ketika anjing diberi makan menggunakan alat yang akurat. Pada dasarnya semua hewan akan mengeluarkan air liur secara otomatis untuk membantu mereka dalam mengunyah. Hal ini disebut sebagai reflex karena mereka melakukannya secara tidak sadar. Pada penelitian Pavlov, beliau menggunakan makanan sebagai stimulus dan saliva sebagai respon terhadap stimulus tersebut. Lalu Pavlov fokus kepada studi yang ia lakukan yaitu mengenai classical conditioning, yaitu belajar mengenai kondisi dimana secara tidak sadar memberikan respon terhadap stimulus lain daripada stimulus alami asli yang sering memberikan respon tersebut.

Element of classical conditioning:
  • Unconditioned stimulus : stimulus yang tidak dipelajari sebelumnya atau stimulus sesungguhnya yang memberikan respon secara tidak sadar
  • Unconditioned response : respon otomatis dan tidak sadar terhadap unconditioned stimulus serta berasal dari nervous system
  • Conditioned stimulus : stimulus yang dipasangkan dengan unconditioned stimulus berulang-ulang untuk memperoleh respon yang tidak sadar dan disebut seabagi stimulus yang telah dipelajari. Sementara itu suatu stimulus yang tidak memberikan respon apa-apa seperti piring pada makanan disebut sebagai neutral stimulus.
  • Conditioned response : respon yang datang setelah conditioned response, tetapi tidak menyeimbangi respon aslinya meskipun kedua respon cenderung mirip
Pavlov experimental > Tick Tock Tick Tock
↪ Pavlov melakukan eksperimen terhadap suara metronome ketika dipasangkan dengan makanan, apakah anjing akan mengeluarkan saliva ketika mendengar suara metronome tersebut. Pada hal ini, suara metronome disebut sebagai neutral stimulus karena tidak membuat anjing mengeluarkan air liurnya. Sementara itu ketika NS dan UCS digabungkan berulang kali akan membuat organisme memperoleh pembelajaran atau disebut sebagai akuisisi, dimana anjing akan memberikan respon berupa saliva (CR) yang mirip dengan UCR ketika UCS diberikan. Perbedaannya terletak dimana CR merupakan respon setelah CS diberikan, sedangkan UCR merupakan respon setelah UCS diberikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam eksperimen ini :

  • CS diberikan sebelum UCS karena menurut Pavlov apabila suara metronome didengarkan setelah anjing diberikan makanan maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai conditioned.
  • CS dan UCS harus diberikan dalam waktu yang berdekatan. Menurut studi yang ditemukan, bahwa interval interstimulus (ISI) yaitu waktu antara CS dan UCS dapat dibuat secara variasi tergantung pengkondisian yang akan dilakukan dan subjek yang melakukan. ISI yang lebih pendek dipercayai adalah waktu yang ideal untuk pengkondisian.
  • Penggabungan antara UCS dengan neutral stimulus harus dilakukan beberapa kali.
  • Pada umumnya CS sendiri merupakan stimulus yang jauh berbeda dari stimulus pasangannya.
Stimulus generalization and discrimination
↪ Pavlov menemukan bahwa apabila stimulus lainnya yang menyerupai conditioned stimulus asli berpotensi menghasilkan respon yang serupa, tetapi tidak sekuat dengan respon pada conditioned stimulus. Hal ini dikenal sebagai stimulus generalization. Menurut Pavlov, semakin mirip stimulus lainnya dengan conditioned stimulus, maka semakin kuat respon yang diberikan. Pavlov juga melakukan hal lain yaitu dengan tidak memberikan anjing makanan apabila mereka merespon stimulus yang salah. Tidak memakan waktu yang lama, anjing akan mudah memahami bahwa stimulus lain yang diberikan adalah stimulus palsu sehingga anjing berhenti merespon. Hal itu terjadi karena anjing hanya akan mendapatkan makanan apabila memilih CS yang benar dan mereka mampu membedakan antara CS yang palsu dengan CS sebenarnya dan hal ini disebut sebagai stimulus discrimination.

Extinction and spontaneous recovery

⤷ Pavlov juga mencoba ketika memberikan CS secara berulang kali tanpa diikuti UCS, maka CR akan berhenti atau disebut sebagai extinction. Hal ini dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang baru karena sepanjang extinction, pembelajaran CS-UCS sebelumnya menjadi melemah karena CS tidak lagi diikuti dengan UCS. Setelah pengkondisian dilakukan, maka CS dan CR selanjutnya diletakkan sebelum UCS sehingga UCS yang dilakukan setelah CS dan CR menjadi penguat antara asosiasi CS dan CR. Sementara apabila UCS tersebut dihapus maka CR juga akan melemah.
   
Pada dasarnya seseorang yang telah mempelajari sesuatu akan sulit untuk melupakannya. Mereka dapat mempelajari hal baru lainnya untuk menggantikan hal sebelumnya atau mereka lupa dengan hal itu, tetapi masih ada dalam memori mereka. Lalu Pavlov mencoba hal lainnya dengan memberikan jeda waktu beberapa minggu dengan tidak memberikan CS atau tidak ada sesi latihan. Akan tetapi, ketika Pavlov memberikan CS (metronome) kembali, anjing akan mulai mengeluarkan air liur meskipun respon yang diberikan cenderung lemah dan tidak lama. Ini membuktikan bahwa CR masih ada pada memori mereka dan juga membuktikan bahwa pembelajaran bersifat permanen. Hambatan ini terjadi karena tidak adanya UCS atau penguat CR yang membuat CR melemah serta cenderung tidak lama ketika melihat CS pada jeda waktu tertentu dan hal ini dikenal sebagai spontantaneous recovery.

Higher Order Conditioning
⤷ konsep ini menjelaskan ketika suatu neutral stimulus dapat menjadi CS kedua apabila dipasangkan dengan CS dan UCS secara bersamaan.

Why does classical conditioning work?
↪ Menurut Pavlov, ketika CS disandingkan dengan UCS akan mengaktifkan bagian otak yang sama ketika UCS diberikan. Beliau menyebutnya sebaia stimulus substitution.
Robert Rescorla (1988) menjelaskan bahwa CS dapat diprediksi apabila UCS mengikutinya atau sederhananya CS harus memberikan informasi bahwa UCS akan diberikan untuk mendapatkan pengkondisian. Rescorla mencoba eksperimen serupa kepada sekelompok tikus yaitu dengan mendengarkan beberapa nada lalu diikuti dengan electric shock. Selanjutnya tikus akan mulai merasakan ketakutan dengan menggigil dan memekik ketika mendengar nada-nada tersebut dan hal ini dikenal sebagai conditioned emotional response. Hal sebaliknya dilakukan oleh Rescolar kepada kelompok tikus kedua dengan memberikan electric shock setelah nada tersebut berhenti. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok tikus kedua ketakutan ketika nada tersebut dihentikan. Nada tersebut memberikan informasi yang berbeda kepada masing-masing kelompok tikus. Hal ini dikenal sebagai cognitive prespective karena menyangkut mental activity yang secara sadar mengharapkan suatu hal terjadi.

Classical Conditioning Applied To Human Behaviour


Phobias
Pada penjelasan mengenai fobia, John B. Watson melakukan eksperimen kepada seorang bayi dan seekor tikus putih. Watson memperlihatkan tikus putih kepada seorang bayi disertai dengan suara yang keras dan menakutkan. Pada awalnya, bayi tersebut tidak takut akan seekor tikus melainkan takut kepada suara yang kuat dan mengerikan. Namun, karena bayi tersebut melihat tikus putih disertai dengan suara yang keras dan mengerikan membuatnya menjadi takut kepada tikus tersebut. Tikus tersebut diidentifikasi sebagai CS, sementara suara yang keras dan mengerikan diidentifikasi sebagai UCS. Lalu rasa takut kepada suara disebut sebagai UCR dan rasa takut kepada tikus disebut sebagai CR.

Pembelajaran mengenai fobia menjadi contoh yang sangat bagus untuk melakukan classical conditioning atau disebut sebagai Conditioned Emotional Response (CER). Karena ketakutan terhadap sesuatu ada berada di dalam kehidupan sehari-hari kita sehingga mudah untuk dilakukan. Classical conditioning ini juga dapat terjadi dengan melihat orang lain merespon suatu stimulus atau disebut sebagai viscarious conditioning. Sebagai contoh ketika sebuah iklan yang menunjukkan objek lainnya atau orang lain memberikan respon terhadap suatu produk sehingga membuat penonton tertarik untuk mencoba produk tersebut.

Conditioned Taste Aversions
Salah satu jenis pengkondisian lainnya yaitu conditioned taste aversions dimana seseorang dapat merasa mual atau menghindari suatu stimulus sebagai respon karena telah mengalami hal yang serupa ketika mencoba stimulus tersebut. Peneliti menemukan bahwa beberapa hubungan antara stimulus dan respon menjadi sangat mudah dibentuk pada hewan dan manusia karena biological preparedness, dimana burung cenderung menghubungkan antara karakteristik visual dengan penyakit yang akan muncul sementara mamalia secara biologi akan mempersiapkan hubungan yang dapat terjadi antara makanan dan penyakit.

Drug Dependency

Operant Conditioning > Fokus pada perilaku yang sadar dan didasari oleh riset yang dilakukan oleh Edward L. Thorndike dan B. F. Skinner

a. Frustrating Cats: Thorndike Puzzle Box and The Law of Effect
Thorndike (1874-1949) merupakan peneliti pertama yang mengemukakan pembelajaran respon secara sadar tetapi belum dapat dikatakan sebagai operant conditioning. Eksperimen yang dilakukan Thorndike menggunakan kucing lapar yang diletakkan pada kotak puzzle dimana jalan keluarnya hanya dengan menekan tuas pada lantai kotak. Lalu Thorndike meletak makanan di luar kotak dan kucing berusaha keluar dari kotak dengan cara mengelilingi kotak serta mendorong kotak tersebut. Hingga akhirnya kucing mendorong tuas tersebut. Dalam hal ini, tuas diidentifikasikan sebagai stimulus sementara dorongan pada tuas diidentifikasikan sebagai respon.

Sebelumnya kucing tidak mempelajari bagaimana mendorong tuas untuk dapat keluar, tetapi setelah beberapa kali percobaan kucing akhirnya mendorong tuas untuk membuka pintunya. Thorndike juga mencoba untuk terus menggeser tuas ke posisi yang berbeda sehingga kucing mampu belajar semua proses yang terjadi. Berdasarkan penelitian ini, Thorndike mengembangkan the law of effect, yaitu jika suatu tindakan diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan maka tindakan tersebut akan dilakukan berulang kali. Namun apabila tindakan tersebut diikuti oleh konsekuensi yang tidak menyenangkan maka tindakan tersebut tidak akan dilakukan berulang kali.

b. B. F. Skinner: The Behaviorist's Behaviorist
Skinner menjelaskan semua perilaku sebagai hasil dari pembelajaran dalam pekerjaan yang dilakukan Thorndike. Skinner juga menamakan pembelajaran dari perilaku yang sadar sebagai operant conditioning. Voluntary behavior menurut Skinner adalah perilaku yang operan dan pembelajaran dari perilaku tersebut disebut sebagai operant conditioning. Inti dari pengkondisian ini adalah efek dari konsekuensi dari perilaku yang telah dilakukan.

The Concept of Reinforcement
Reinforcement menurut Skinner adalah sebagai penguat dalam memberikan respon yaitu ketika sesuatu mengiktui respon dan membuat respon tersebut cenderung untuk terus terjadi. Pada dasarnya reinforcement diidentifikasikan sebagai konsekuensi yang menyenangkan.

- Primary and Secondary Reinforcers
Primary reinforcer adalah sebuah penguat respon yang akan memenuhi kebutuhan dasar organisme seperti rasa lapar, air, sentuhan, dan kebebasan dari rasa sakit. Sementara itu secondary reinforcer adalah penguat lainnya disamping primary reinforcer atau yang juga dapat memberikan primary reinforcer, seperti uang yang menjadi second reinforcer dapat diganti menjadi makanan yang merupakan primary reinforcer.

- Neural Bases of Learning


- Posisitive and Negative Reinforcement
Positive reinforcement adalah penguat yang memberikan pengalaman atau konsekuensi yang menyenangkan seperti penghargaan. Sementara itu negative reinforcement sendiri adalah penguat yang memberikan respon berupa melepaskan diri, menghapus, atau menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan dari sebuah stimulus.

Schedules of Reinforcement: Why The One Armed Bandit Is So Seductive


The Partial Reinforcement Effect adalah respon yang masih dilakukan dalam beberapa waktu sebelum benar-benar padam ketika subjek tidak menerima suatu penguat lagi.
  • Interval schedule: ketika waktu dari respon lebih penting
  • Ration schedule: ketika jumlah dari respon lebih penting
Fixed Interval Schedule of Reinforcement adalah interval waktu yang diberikan agar seseorang mendapatkan reinforcement.

Variable Interval Schedule of Reinforcement
 adalah interval waktu yang tidak konstan atau berubah setelah suatu respon sebelumnya sudah diberikan.

Fixed Ratio Schedule of Reinforcement adalah jumlah respon untuk mendapatkan reinforcer selalu sama.

Variable Ratio Schedule of Reinforcement 
 adalah respon yang berubah baik berupa jumlah dan waktu dati satu percobaan ke percobaan lainnya dikenal sebagai variable ratio schedule of reinforcement.

The Role of Punishment in Operant Conditioning

Dua cara bagaimana hukuman dapat terjadi:
  • Hukuman melalui aplikasi
  • Hukuman melalui penghapusan



Beberapa peraturan yang dapat membantu hukuman menjadi lebih efektif:
  1. Hukuman harus mengikuti perilaku yang dilakukan, yaitu hukuman tidak datang dengan waktu yang lama setelah perilaku dilakukan
  2. Hukuman bersifat konsisten
  3. Hukuman hanya untuk perilaku yang salah
Aspek lain operant conditioning
- Stimulus control
- Pemadaman respon, generalisasi, dan spontanisasi

Cognitive Learning Theory

Tolman's Maze Running Rats: Latent Learning
Penelitian akan pembelajaran ini dilakukan oleh Tolman dengan membandingkan dua kelompok tikus yang mencoba mencari jalan keluar labirin. Kelompok pertama akan mendapatkan makanan apabila bisa keluar dari labirin. Namun kelompok tikus kedua tidak mendapatkan makanan apabila dapat keluar sehingga tikus tersebut melewati berbagai percobaan untuk keluar karena tidak ada penguat, tetapi pada percobaan terakhir mereka mampu keluar dan diberikan makanan. Hal ini disebut Tolman sebagai latent learning yaitu pembelajaran dapat terjadi tanpa ada penguat dan mempengaruhi perilaku meskipun operant conditioning tidak dapat menjelaskan

Kohler's Smart Chimp: Insight Learning

Kohler melakukan penelitiannya terhadap seekor kera dengan nama Sultan. Kohler meletakkan sebuah pisang diluar kandangnya dan Sultan dapat meraihnya dengan tangannya. Akan tetapi ketika pisang tersebut jauh dari jangkauannya, diberikan dua tongkat yang dapat dipakai oleh Sultan. Pada awalnya Sultan mencoba dengan melempar tongkat pertama lalu tongkat kedua dan menarik tongkat yang berada dekat pada jangkauannya, tetapi pisang tidak terikut. Hal itu membuat Sultan semangat dan Kohler memberikan tongkat lainnya. Dengan memerhatikan mereka, Sultan dengan segera menyambungkan kedua tongkat yang ada. Hal ini disebut sebagai insight yaitu persepsi yang datang secara tiba-tiba dengan menyambungkan beberapa bagian dari masalah untuk menemukan solusi.

Seligman's Depressed Dogs: Learned Helplessness
Seligman menemukan sebuah fenomena yang disebut sebagai learned helplessness dimana seseorang cenderung tidak dapat lepas dari situasi karena pernah mengalami kegagalan yang berulang.

Observational Learning

Bandura and the Bobo Doll
Bandura melakukan eksperimennya menggunakan beberapa anak kecil dan beberapa model penelitian. Model penelitian akan diberikan sebuah boneka bobo dan mereka akan menunjukkan agresivitas terhadap boneka tersebut dengan memukul dan berteriak pada boneka. Beberapa anak akan melihat sikap model tersebut dan lainnya akan melihat beberapa model lainnya yang tidak agresif terhadap boneka. Lalu masing-masing anak akan diletakkan pada ruangan kosong dengan boneka dan beberapa dari mereka menunjukkan sikap agresif persis seperti yang model lainnya dan beberapa lainnya tidak. Hal ini dikenal sebagai learning/ performance distinction karena pembelajaran dapat dilakukan tanpa pertunjukkan aktual.

Tidak hanya itu, Bandura juga memberikan tontonan seorang model yang melakukan kekerasan terhadap boneka dan mendapatkan sebuah hadiah. Sementara model lain yang melakukan kekerasan malah mendaptkan hukuman. Kelompok anak pertama menunjukkan agresivitas mereka setelah menonton, tetapi kelompok anak kedua tidak. Namun, ketika Bandura menjanjikan hadiah apabila mereka melakukan kekerasan, lalu kelompok anak kedua mengikuti model dalam melakukan kekerasan. Bandura ingin menunjukkan hubungan antara tontonan anak-anak terhadap sikap agresivitas mereka kepada orang lain.

The Four Elements of Observational Learning
  • Attention > menaruh perhatian pada model
  • Memory > mengingat apa yang sudah terjadi
  • Imitation > mengikuti perilaku model
  • Desire > memotivasi perilaku

Contoh aplikatif teori dalam kehidupan sehari - hari : 

  • Positive and negative reinforcement : seorang ayah akan memberikan anaknya hadiah apabila mereka mendapat nilai 100 pada tiap ujiannya merupakan positive reinforcement. Sementara seorang ibu akan memukul anaknya apabila ketahuan mengotori halaman rumah sehingga anak tersebut mencoba untuk tidak mengotori halaman rumah yang dapat disebut sebagai negative reinforcement.
  • Partial Reinforcement Effect : seorang ibu memberikan anaknya uang apabila setiap setelah makan ia langsung mencuci piringnya. Pemberian uang itu dihentikan seketika, tetapi anak tersebut tetap mencuci piringnya dengan berharap akan diberikan kembali uang oleh ibunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan Psikologi

Sensasi dan Persepsi