Psikologi Sosial

Nama                     : Multi Lativa Putri

NIM                       : 2210321012

Dosen Pengampu   :

  • Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog
  • Mafaza, S.Psi., M.Sc
  • Liliyana Sari, S.Psi., M.Sc

PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial adalah studi ilmiah yang mempelajari bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh kelompok sosial. Psikologi sosial adalah bagian dari psikologi yang berfokus kepada bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh kehadiran orang lain

A. Social Influence
Social influence adalah suatu proses dimana kehadiran orang lain secara nyata maupun tersirat dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsing pemikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.

1. Comformity, perubahan perilaku seseorang untuk dapat sesuai dengan orang lain. Solomon Asch (1951) mengadakan suatu kajian yang melibatkan tujuh partisipan untuk visual judgement. Hanya satu orang yang merupakan partisipan asli, selebihnya adalah tim Asch. Mereka diperlihatkan tiga garis 1, 2, 3 dan satu garis yang ukurannya sama dengan garis 2 dan mereka diminta untuk menebak mana garis yang ukurannya sama. Rata-rata partisipan menjawab salah, dan hanya partisipan asli yang menjawab dengan benar. Setelah beberapa kali diberi pertanyaan serupa, partisipan asli mulai menjawab dengan jawaban yang serupa dengan partisipan lainnya. Asch menyugestikan bahwa individu akan mengubah perilakunya agar sesuai dengan anggota kelompok.




2. Group behavior
  • Groupthink, jenis pemikiran yang terjadi ketika posisi seseorang lebih penting dalam mempertahankan kekompakan kelompok daripada menilai fakta masalah. Misalnya, pada suatu kelompok terdapat satu anggota yang melakukan sedikit kesalahan, akan tetapi anggota lainnya tidak terlalu mempermasalahan kesalahan tersebut karena tidak ingin merusak kekompakkan mereka.
  • Group polarization atau risky shift phenomenon, kecenderungan anggota yang terlibat dalam diskusi kelompok untuk mengambil posisi yang agak lebih ekstrem dan menyarankan tindakan yang lebih berisiko jika dibandingkan dengan kecenderungan anggota yang terlibat dalam diskusi kelompok.
  • Task performance, dapat dipengaruhi oleh pengaruh sosial, terdiri atas: 
    • Social facilitation, kecenderungan kehadiran orang lain berdampak positif pada pelaksanaan tugas yang mudah, misalnya saat kita dibantu untuk membersihkan rumah oleh adik kita, pekerjaan akan menjadi lebih mudah.
    • Social impairment, kecenderungan kehadiran orang lain berdampak negatif pada pelaksanaan tugas yang sulit, misalnya saat dibantu seseorang dalam suatu pekerjaan malah menjadikan tugas tersebut sulit dikerjaan.
    • Social loafing, kecenderungan orang untuk melakukan lebih sedikit usaha dalam tugas sederhana ketika bekerja dengan orang lain pada tugas itu, misalnya
    • Deindividuation, berkurangnya identitas pribadi, pengendalian diri, dan rasa tanggung jawab pribadi yang dapat terjadi dalam suatu kelompok, misalnya seseorang menjadi kurang bertanggungjawab dalam suatu kelompok kerja karena merasa kewajibannya sudah dikerjakan oleh anggota lainnya.
3. Compliance, mengubah perilaku seseorang sebagai akibat dari orang lain yang mengarahkan atau meminta perubahan, misalnya seorang suami akan berhenti merokok karena diminta istrinya untuk berhenti merokok. Terdapat beberapa teknik dalam penerapan compliance, sebagai berikut :
  • Foot-in-the-door technique, meminta komitmen kecil dan, setelah mendapatkan kepatuhan, meminta komitmen yang lebih besar, misalnya seseorang wanita meminta pacarnya untuk berhenti merokok, dan setelah pacarnya berhenti merokok, wanita ini meminta pacarnya untuk tidak ikut geng motornya lagi.
  • Door-in-the-face technique, meminta komitmen yang besar dan ditolak lalu meminta komitmen yang lebih kecil, misalnya orang tua meminta anaknya untuk menjadi juara pertama dikelasnya, namun anaknya menolak karena target tersebut terlalu jauh untuk dicapainya, kemudian orang tuanya meminta anaknya untuk menjadi lima besar dikelasnya.
  • Lowball technique, mendapatkan komitmen dari seseorang dan kemudian menaikkan harga komitmen itu, misalnya sebuah konter handphone menjual sebuah hp dengan harga yang murah, akan tetapi setelah mendapatkan penawaran yang murah tersebut, penjual akan menambahkan biaya untuk pembelian casing, earphone, anti gores, dan lain sebagainya, yang menyebabkan harga hp tersebut menjadi lebih mahal dari pada harga semula.
3. Obedience, mengubah perilaku seseorang atas perintah figur otoritas. Studi mengenai obedience ini dikaji oleh Stanley Milgram melalui eksperimennya, Milgrams’s Shocking Reseach. Percobaan ini melibatkan seorang 40 orang laki-laki yang berusia 20-50 tahun, dan actor eksperimen berperan sebagai murid dan peserta eksperimen menjadi seorang guru. Guru akan memeriksa pasangan kata yang dihafal oleh murid, apabila salah, guru akan menekan tombol yang memberikan tegangan listrik pada murid. Pada percobaan ini, murid sengaja melakukan kesalahan sehingga ia akan diberikan tegangan listrik yang tidak sebenarnya dari guru tersebut yang diperintahkan oleh administers shocks. Dari studi ini, dapat diambil kesimpulan bahwa, seseorang mengizinkan orang lain untuk mengarahkan tindakan mereka karena mereka yakin sosok otoritas itu memenuhi kualifikasi dan akan menerima tanggung jawab atas apapun yang terjadi.

B. Social Cognition
Kognisi sosial berfokus kepada bagaimana cara seseorang untuk berpikir mengenai orang lain, dan bagaimana kognisi tersebut memperngaruhi perilakunya kepada orang lain.

a. Attitudes, kecenderungan untuk merespon positif atau negatif terhadap seseorang, objek, ide, atau situasi tertentu. Terdapat tiga komponen dari attitudes, sebagai berikut:
  • Affective component, perasaan seseorang terhadap suatu objek, seseorang, atau situasi, disebut juga dengan emosi atau perasaan. Misalnya, seseorang mungkin berfikir dengan mendengarkan music akan membuat perasaannya menjadi lebih baik.
  • Behavior component, aksi yang dilakukan seseorang berkenaan dengan pandangannya tentang suatu objek, seseorang, atau situasi. Misalnya, seseorang yang menyukai lagu-lagu Conan Gray akan mendengarkan lagu-lagunya dimana saja, membeli albumnya, merchandise, bahkan pergi ke konsernya.
  • Cognitive component, cara seseorang berpikir mengenai dirinya sendiri, objek, atau situasi. Misalnay seseorang yang menyukai lagu pop merasa music pop lebih baik daripada music lainnya.
Selain itu, terdapat hasil dari sejumlah pengaruh berbeda dengan hanya satu kesamaan, yang disebut juga dengan attitudes formation, terdiri atas:
  • Direct contact, attitude yang dibentuk melalui kontak langsung dengan seseorang, ide, situasi, atau objek. Misalnya seorang anak yang mencoba sayuran dan tidak menyukainya akan membentuk attitude yang negatif terhadap sayuran.
  • Direct instruction, attitude yang dibentuk melalui instruksi langsung, juga dari orang tua atau orang lain. Misalnya orang tua melarang anaknya untuk merokok karena akan membahayakan kesehatan.
  • Interaction with other, attitude yang dibentuk karena attitude orang disekitarnya. Misalnya seorang remaja yang lingkungannya memegang teguh bahwa merokok itu adalah suatu hal yang keren, maka ia cenderung akan berpikir dengan hal yang serupa.
  • Vicarious conditioning (observational learning), attitude yang dibentuk melalui pengamatan terhadap perilaku seseorang dan reaksi terhadap suatu objek, seseorang, atau situasi. Misalnya, seseorang anak yang memiliki seorang ibu yang takut dengan anjing cenderung akan memiliki ketakutan yang serupa.
Attitude dapat diubah dengan persuasion atau persuasi. Persuasi adalah proses dimana seseorang mencoba merubah keyakinan, pendapat, posisi, tindakan seseorang melalui argumen, permohonan, atau penjelasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya persuasi, sebagai berikut:
  1. Source, komunikator atau seseorang yang menyampaikan pesan.
  2. Message, harus jelas dan terorganisasi.
  3. Target audience, harus mengetahui karakteristik audience.
  4. Medium, media dalam penerimaan informasi.
b. Cognitive dissonance, perasaan tidak nyaman atau distress yang terjadi ketika perilaku yang dilakukan tidak sesuai dengan attitude-nya. Misalnya seorang suami memuji masakan istrinya akan tetapi ia merasakan perasaan yang tidak nyaman karena sebenarnya masakan istrinya tersebut keasinan. Tiga cara dasar yang dapat mengurangi cognitive dissonance, sebagai berikut:
a) Mengubah perilaku konflik agar sesuai dengan attitudenya.
b) Mengubah kogntif saat ini yang berkonflik agar sesuai dengan perilakunya
c) Membentuk kognisi baru agar sesuai dengan perilaku.

c. Impression formation, pembentukkan pengetahuan pertama yang dimiliki seseorang tentang orang lain. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh primacy effect, yakni saat bertemu seseorang untuk pertama kalinya, akan terbentuk kesan terhadap seseorang tersebut.
  • Social categorization, penugasan seseorang yang baru saja ditemui pada suatu kategori berdasarkan karakteristik yang dimiliki orang baru tersebut dengan orang lain yang pernah dialaminya di masa lalu. Social categorization dapat mengasilakn stereotype, yakni serangkaian karakteristik yang diyakini dimiliki oleh semua anggota kategori tertentu dapat berguna dengan membatasi proses informasi.
  • Implicit personality theories, penetapan kategori didasarkan pada kumpulan bentuk asumsi di masa kanak-kanak tentang tipe orang yang berbeda.
d. Attribution, proses menjelaskan perilaku sendiri dan perilaku orang lain. Penyebab perilaku dijabarkan sebagai berikut :
  • Attribution theory, teori mengenai bagaimana seseorang membentuk atribusi.
  • Situational cause, penyebab perilaku yang dikaitkan dengan faktor eksternal, seperti penundaan, tindakan orang lain, atau beberapa aspek situasi lainnya. 
  • Dispositional cause, penyebab perilaku yang dikaitkan dengan faktor internal, seperti kepribadian atau karakter.
  • Fundamental attribution error, kecenderungan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal dalam menentukan perilaku sementara dan meremehkan faktor situasional, dikenal juga dengan sebutan actor-observer bias. Misalnya saat mengalami kegagalan dalam perlombaan, seseorang cenderung menyalahkan juri yang tidak adil, sedangkan jika mendapatkan kemenangan, maka ia akan menganggap semua yang didapatnya merupakan hasil jerih payahnya sendiri.
C. Social Interaction
Perjudice and Discrimination
Perjudice adalah sikap negatif yang dimiliki seseorang terhadap anggota kelompok sosial tertentu, misalnya ageism, seksisme, dan rasisme. Sedangkan discrimination adalah memperlakukan seseorang secara berbeda karena prasangka terhadap kelompok sosial tempat mereka berasal. Dalam prejudice terdapat dua kelompok, yakni
  • In-group, yakni kelompok sosial dimana seseorang tersebut terlibat didalamnya; kita.
  • Out-group, yakni kelompok sosial dimana seseorang tidak terlibat didalamnya; mereka.
Discrimination dapat bervariasi berdasarkan keberadaan in-group dan out-group. Scapegoating adalah target untuk frustasu dan emosi negatif biasanya terjadi untuk anggota out-group. Terdapat beberapa teori dalam mempelajari dan mengatasi prejudice, sebagai berikut:
  • Social cognitive theory, mengacu kepada penggunaan proses kognitif dalam kaitannya dengan pemahaman dunia sosial.
  • Realistic cognitive theory, prejudice dan discrimination akan meningkat di antara kelompok-kelompok yang berkonflik atas sumber daya yang terbatas.
  • Social identity theory, pembentukan identitas seseorang dalam kelompok sosial tertentu dijelaskan oleh kategorisasi sosial, identitas sosial dan perbandingan sosial.
  • Stereotype vulnebility, efek kesadaran orang tentang stereotipr yang terkait dengan kelompok sosial mereka terhadap perilaku mereka.
  • Overcoming prejudice, melalui pendidikan status yang sama dari kontak antar kelompok, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya jigsaw classroom.
D. Liking and Loving
1. Interpersonal Attraction, menyukai atau memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:
  • Physical attractiveness, ketertarikan secara fisik untuk mengenal seseorang lebih baik, akan tetapi tidak menjamin hubungan yang akan bertahan lama.
  • Proximity – close to you, kecenderungan untuk menjalin sebuah hubungan dengan seseorang yang dekat dengan kita secara fisik, misalnya teman sekostan kita menjadi sahabat kita.
  • Similarity – birds of a feather, kecenderungan untuk bersama seseorang yang memiliki kesamaan dengan kita. Misalnya sepasang muda-mudi berpacaran dan memiliki selera music yang sama.
  • Reciprocity of liking, kecenderungan untuk menyukai orang lain yang menyukainya sebagai balasannya.
  • Interpersonal relations online, menjalin hubungan secara online melalui jejaring media sosial.
2. Robert Stenberg’s Triangular Theory of Love
Menurut Sternberg, cinta terdiri atas tiga komponen dasar, yakni:
  • Intimacy, perasaan kedekatan yang dimiliki seseorang untuk orang lain atau perasaan memiliki ikatan emosional yang erat dengan orang lain.
  • Passion, gairah emosional dan seksual yang dirasakan seseorang terhadap orang lain.
  • Commitment, keputusan yang dibuat seseorang tentang suatu hubungan.
Hubungan percintaan antara dua orang mengandung beberapa komponen diatas, dan kombinasinya akan membentuk bentuk cinta yang berbeda. Dua dari tujuh bentuk cinta yang paling familiar, sebagai berikut:
  • Romantic love atau passionate love, terbentuk ketika intimacy dan passion digabungkan. Romantic love sering menjadi dasar untuk hubungan yang lebih langgeng.
  • Companionate love, terbentuk ketika intimacy dan commitment digabungkan. Sepasang sejoli yang menyukai satu sama lain, merasa dekat secara emosional satu sama lain dan berkomitmen untuk hidup bersama. Contoh dari companionate love ini adalah hubungan pernikahan.
E. Aggression
Aggession adalah respon yang terjadi ketika seseorang terluka secara fisik atau verbal atau mencoba menghancurkan orang lain, seringkali merupakan hasil dari frustasi.
a. Aggression and Biology
  • Jika seorang anak kembar identik yang memiliki tempramen kekerasan, maka saudaranya akan memiliki tempramen yang sama
  • Bagian tertentu dalam otak mengontrol emosi, yakni lobus frontal, amigdala, dan struktur lain dari sistem limbik.
  • Hormon testosterone pada laki-laki dikaitkan dengan level agresi yang tinggi.
  • Alkohol mempengaruhi perilaku agresif.
b. Social Learning Explanations for Aggression
  • The power of social roles, pola perilaku yang diharapkan seseorang yang berada dalam posisi sosial tertentu. Dalam studi The Prison Experiment oleh Zimbardo telah dijelaskan bahwa peran sosial sangat mempengaruhi agresifitas, sipir penjara akan lebih agresif dari pada tahanan karena peran sosialnya yang lebih tinggi dari para tahanan.
  • Violent in The Media and Aggression, berdasarkan The Bobo Doll Experiment oleh Bandura, disimpulkan bahwa menonton penayangan video yang menggandung unsur keagresifan akan mempengaruhi keagresifan seseorang.
F. Prosocial Behavior
Prosocial behavior adalah perilaku yang diinginkan secara sosial yang menguntungkan orang lain.
  • Altruism, prosocial behavior yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan dan mungkin membahayakan diri sendiri. Dapat dipengaruhi oleh mood si penolong dan jenis kelamin korban. Perbedaan ras dan etnis akan menurunkana kemungkinan menolong.
  • Five decision points in helping behavior.



Contoh Aplikatif Teori dalam Kehidupan Sehari-hari:
  1. Social categorization : ketika saya baru pertama sekali memasuki perusahaan besar dan melihat karyawan lain menyapa seseorang yang memakai jas dan berpakaian rapi dan tidak hanya satu orang karyawan tetapi karyawan lainnya menyapa orang tersebut dengan sopan, saya mengkategorikan orang tersebut sebagai atasan karena tindakan yang dilakukan orang lain dan pakaian yang ia gunakan mirip dengan pakaian atasan pada umumnya.
  2. Lowball Technique : seorang penjual menawarkan produk elektronik kepada konsumer dengan harga yang terjangkau dan membuat konsumer menyetujui tawaran dan membeli produk tersebut, lalu diakhir penjual mengatakan harga lain yang perlu dibayar mengenai produk elektronik seperti biaya pemasangan dan lain-lain

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan Psikologi

Sensasi dan Persepsi

Learning