Teori Kepribadian
Nama : Multi Lativa Putri
NIM : 2210321012
Dosen Pengampu :
- Dwi Puspasari, M.Psi., Psikolog
- Mafaza, S.Psi., M.Sc
- Liliyana Sari, S.Psi., M.Sc
THEORIES OF PERSONALITY
Personality mengenai siapa diri kita baik dilihat dari segi attitude, sikap, dan lainnya secara fisik dan emosi. Personality juga merupakan cara untuk mengenal masing-masing individu melalui cara berpikir, bertingkah laku, dan berperasaan. Pada dasarnya, personality tidak dapat disamakan dengan character dan temperament. Characteristic merupakan nilai yang diberikan seseorang terhadap perilaku orang lain sementara temperament adalah bawaan dari lahir atau secara biologi serta dapat beradaptasi.
A. Psychodynamic Perspectives
1. Freud’s Conception of Personality
Freud mengembangkan konsepnya mengenai personality berawal dari pengalaman pasiennya. Pada zaman Victorian, gereja mengajarkan masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas sexual selain pernikahan dan untuk memiliki bayi. Hal itu membuat para pria hanya melakukan sexual kepada istrinya untuk memiliki anak, lalu melakukan aktivitas sexual kepada wanita simpanan. Oleh sebab itu, banyak wanita dari kalangan atas yang merupakan pasian Freud tidak dapat memenuhi keinginan sex mereka. Hal itu membuat Freud terobsesi dengan penjelasan akan perilaku abnormal terhadap sexuality yang dilatarbelakangi budaya. Freud percaya bahwa adanya peran bawah sadar dalam pikiran terhadap perilaku sadar.
- The Structure of Mind
Menurut Freud terdapat tiga bagian dari pikiran: preconscious
(ingatan, informasi, dan peristiwa yang mudah disadari), conscious (kesadaran seseorang saat ini), dan unconscious (informasi, memori, pikiran, dan perasaan yang disimpan dan tidak mudah untuk dibawa ke dalam kesadaran).
Menurut Freud terdapat tiga bagian dari pikiran: preconscious
(ingatan, informasi, dan peristiwa yang mudah disadari), conscious (kesadaran seseorang saat ini), dan unconscious (informasi, memori, pikiran, dan perasaan yang disimpan dan tidak mudah untuk dibawa ke dalam kesadaran).
- Freud’s Division of The Personality
- ID : If it feels, good do it. Id pada dasarnya merupakan kepribadian yang tidak sadar, cenderung hanya mencari ksenangan, dan perilaku amoral yang sudah ada sejak lahir serta adanya dorongan terhadap kebutuhan biologi dasar seperti lapar, haus, dll. Kecenderungan memenuhi kesenangan dikenal sebagai pleasure principle yaitu keinginan untuk pemuasan kebutuhan tanpa melihat konsekuensi.
- EGO : The executive director. Menurut Freud, untuk menghadapi kenyataan terdapat personality yang kedua yaitu ego. Ego merupakan kepribadian yang sadar dan lebih rasional, logis, serta cerdik dibandingkan id. Personality ini dikaitkan erat dengan reality principle yaitu keinginan untuk memenuhi tuntutan id dengan cara yang tidak menuju konsekuensi negative.
- Superego: The moral watchdog. Personality ini lebih cenderung belajar akan aturan, kebiasaan, dan keinginan social. Super ego mengandung conscience yaitu kepribadian yang membuat seseorang akan merasa bersalah atau kecemasan moral ketika mereka melakukan hal yang salah.
- The angel, the devil, and me: How three parts of the personality work together?. pada dasarnya id akan memberikan tuntutan untuk dipenuhi, superego sendiri akan menempatkan batasan mengenai bagaimana tuntutan tersebut dapat dipenuhi, dan ego akan membuat rencana untuk menenangkan id tetapi memuaskan superego. Terkadang id dan superego tidak dapat melewati cara itu dan membuat kecemasan pada ego itu sendiri dan menurut Freud sendiri kecemasan inilah yang akan membuat kepribadian bekerja melalui perilaku yang muncul. Psychological defense mechanism merupakan cara untuk menghadapi kecemasan dengan tidak sadar mengurangi persepsi seseorang akan realitas.
- Stages of Personality Development
Freud percaya bahwa perkembangan kepribadian terjadi karena tahapan psychosexual atau perkembangan seksual pada anak. Setiap tahap zona sensitive seksual (erogenous stage) atau area tubuh yang menghasilkan perasaan menyenangkan akan menghasilkan konflik, dimana konflik yang tidak dapat diselesaikan akan mengakibatkan fiksasi atau terjebak dalam tahap perkembangan sehingga meskipun seorang anak tumbuh dewasa tetapi emosi dan psikologi akan terpaku dalam tahap sebelumnya.
B. The Behavioural and Social Cognitive View of Personality
Freud percaya bahwa perkembangan kepribadian terjadi karena tahapan psychosexual atau perkembangan seksual pada anak. Setiap tahap zona sensitive seksual (erogenous stage) atau area tubuh yang menghasilkan perasaan menyenangkan akan menghasilkan konflik, dimana konflik yang tidak dapat diselesaikan akan mengakibatkan fiksasi atau terjebak dalam tahap perkembangan sehingga meskipun seorang anak tumbuh dewasa tetapi emosi dan psikologi akan terpaku dalam tahap sebelumnya.
- Oral stage (18 bulan pertama) : zona sensitive seksual terletak pada mulut
- Anal stage (18-36 bulan) : zona sensitive seksual terletak pada anus karena menurut Freud anak-anak mendapat kesenangan dengan menahan dan melepaskan kotoran mereka sesuka hati.
- Phallic stage (3-6 tahun) : zona sensitive seksual terletak pada jenis kelamin karena anak sudah mampu membedakan jenis kelamin namun cenderung tidak sadar. Freud percaya bahwa seorang anak laki-laki akan memiliki ketertarikan sexual terhadap ibunya dan kecemburuan terhadap ayahnya yang dikenal sebagai Oedipus complex. Sedangkan perilaku serupa yang dialami anak perempuan dikenal sebagai Electra complex.
- Latency stage (6-pubertas) : pada tahapan ini, anak-anak akan tumbuh dan berkembang secara intelek, fisik, dan social. Tahapan ini terlihat ketika anak laki-laki akan bermain dengan sesame anak laki-laki dan begitu juga dengan perempuan.
- Genital stage : perasaan sexual dan perubahan pada tubuh mulai dirasakan secara sadar, tetapi orang tua tidak lagi menjadi target. Tahapan ini memasuki kehidupan social remaja dan perilaku sexual.
- Jung : Carl Jung tidak setuju dengan Freud mengenai alam bawah sadar. Menurutnya alam bawah sadar menyimpan lebih dari sekedar ketakutan, dorongan, dan ingatan individu tetapi ketidaksadaran kolektif yaitu ingatan akan ketakutan kuno yang banyak terjadi pada cerita rakya dan budaya dan hal ini disebut sebagai archetypes. Archetypes memiliki banyak jenis tetapi ada dua yang sangat dikenal yaitu anima/animus (sisi feminism pada pria dan maskulin pada Wanita) serta shadow (sisi gelap dari personality).
- Adler : Alfred Adler juga tidak setuju dengan Freud mengenai pentingnya sexuality pada perkembangan kepribadian. Adler mengembangkan teori bahwa Ketika muda, orang akan mengembangkan perasaan inferiority ketika membandingkan diri sendiri dengan mereka yang lebih kuat. Adler juga mengembangkan teori bahwa urutan kelahiran seorang anak akan memengaruhi personality mereka.
- Horney : Karen Horney tidak setuju dengan padangan Freud terhadap perbedaan pria dan wanita yang ditekankan pada konsep ketiadaan penis. Menurut Horney sendiri, kecemasan dasar yang diciptakan seorang anak yang baru lahir akan lebih besar dan kuat dari pada anak itu sendiri sehingga orang tua yang memberi kasih saying dan keamanan mampu mengatasi kecemasan ini. Akan tetapi orang tua yang tidak mampu memberikan pengasuhan yang aman akan mengembangkan kepribadian neurotic atau cara-cara maladaptive dalam menghadapi hubungan.
- Erikson
B. The Behavioural and Social Cognitive View of Personality
Learning Theories
Menurut behaviourist, kepribadian merupakan serangkaian respon dan kebiasaan yang dipelajari. Ahli pembelajaran kognitif sosial berpendapat bahwa pembelajaran melalui observasi, pemodelan, dan kognitif lainnya dapat membentuk kepribadian. Pada social cognitive view, perilaku tidak hanya dibangun oleh pengaruh stimulus luar dan pola respon tetapi juga melalui proses kognitif.
a. Bandura’s Reciprocal Determinism and Self-Efficacy
Tiga factor yang memengaruhi pembentukan personality: lingkungan, perilaku itu sendiri, dan personal atau factor kognitif yang membawa orang tersebut kepada suatu peristiwa. Hubungan ketiga factor tersebut disebut sebagai reciprocal determinism. Variable penting lainnya yang dijelaskan oleh Bandura adalah self-efficacy yaitu penilaian seseorang terhadap seberapa efektif usaha yang dilakukan untuk mendapatkan tujuan di beberapa keadaan.
b. Rotter’s Social Learning Theory: Expectancies
Teori yang dirancang oleh Rotter didasari oleh hukum Thorndike mengenai motivasi yaitu seseorang akan termotivasi untuk mencari penguatan dan menghindari hukuman. Salah satu konsep yang dijelaskan oleh Rotter adalah locus of control yaitu seseorang memiliki kemampuan untuk mengasumsikan apakah mereka mengontrol atau tidak suatu kejadian dan konsekuensi pada kehidupan mereka. Seperti Bandura, Rotter juga percaya bahwa interaksi masing-masing factor dapat membentuk kepribadia dan menurutnya terdapat dua factor yang memengaruhi keputusan seseorang dalam melakukan suatu tindakan: expectancy (perasaan subjektif seseorang bahwa perilaku tersebut akan membawa mereka menuju konsekuensi penguatan) and reinforcement value.
C. The Third Force: Humanism and Personality
Carl Rogers and The Humanistic Perspective
Humanistic perspective menginginkan psikologi untuk foksu kepada sesuatu yang membuat seseorang menjadi unik. Maslow dan Roger percaya bahwa manusia selalu berusaha untuk memenuhi kapasitas dan kemampuan bawaan mereka serta menjadi segala sesuatu yang berasal dari potensi genetic mereka dan pemenuhan ini disebut sebagai aktualisasi diri atau pengembangan konsep diri.
a. Real and Ideal Self
Dua komponen penting dari self-concept adalah real life (persepsi actual seseorang mengenai karakteristik, sifat, dan kemampuan membentuk usaha dalam mencapai aktualisasi diri) dan ideal self (persepsi tentang seperti apa seseorang seharusnya atau akan seperti apa). Rogers percaya bahwa ketika real life dan ideal life menjadi sangat dekat atau mirip maka seseorang akan merasa kompeten, tetapi jika terjadi ketidaksesuaian maka akan menghasilkan kecemasan dan perilaku neurotic. Pada umumnya seseorang yang dianggap penting dapat mempengaruhi kesesuaian antara real life dan ideal life dalam kehidupan orang lain. Namun, individu kurang melihat peran orang lain dalam diri mereka dan lebih memutuskan cara mereka dalam memuaskan diri melalui diri sendiri.
b. Conditional and Unconditional Positive Regard
Menurut Rogers, hal positif/ positive regards adalah kehangatan, afeksi, cinta, dan hormat yang datang dari orang lain. Rogers percaya bahwa penghargaan positif tanpa syarat/ unconditional positive regard dibutuhkan semua orang untuk dapat mengeksplorasi semua yang ingin dicapai. Akan tetapi, beberapa orang memberikan penghargaan positif bersyarat/ conditional positive regards yaitu cinta, kasih sayang, dan hormat diberikan bergantung kepada apa yang diinginkan orang tersebut. Menurut Rogers, seseorang yang berada pada proses aktualisasi diri akan cenderung aktif mengeksplor potensial dan kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan real life dan ideal life atau disebut sebagai fully functioning person.
D. Trait Theories: Who Are You?
1. Allport and Cattell: Early Attempts to List and Describe Traits
Trait theories adalah teori yang menggambarkan dan mendeskripsikan karakteristik yang membentuk kepribadian manusia dan memprediksikan perilaku berdasarkan deskripsti tersebut. Sementara traits adalah cara berpikir, berperasaan, atau berperilaku yang konsisten dan bertahan lama serta mendeskripsikan personality dalam perilaku seseorang.
- Allport : Allport percaya bahwa sifat-sifat ini secara harfiah terhubung dengan sistem saraf yang memandu perilaku seseorang dan kumpulan sifat setiap orang pada dasarnya unik.
- Cattell and the 16PF : Raymond Cattell menjelaskan terdapat dua tipe dari sifat yaitu surface traits (menunjukkan karakteristik personality yang mudah dilihat orang lain) dan source traits (sifat-sifat yang lebih mendasar dari surface traits). Cattell menemukan 16 source traits dan terdapat dua sifat yang berlawanan di setiap ujungnya.
- Openness : keinginan seseorang untuk mencoba hal baru dan terbuka terhadap pengalaman baru.
- Conscientiousness : organisasi dan motivasi seseorang dan seseorang yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini cenderung berhati-hati dalam penggunaan waktu dan barang-barang.
- Extraversion : extrovert seseorang yang ramah dan sociable sementara introvert seseorang yang suka menyendiri dan tidak suka menjadi pusat perhatian.
- Agreeableness : emosi dasar seseorang yaitu seseorang yang ramah, easygoing, friendly, dan menyenangkan atau seseorang yang pemarah dan sulit bergaul
- Neuroticism : mengenai emosional yang stabil atau tidak stabil seperti seseorang yang moody atau sangat temperamen
E. Personality: Genetics and Culture
The biology of personality: Behavioural genetics
Bidang genetika perilaku pada dasarnya mempelajari seberapa banyak kepribadian seseorang yang disebabkan oleh sifat-sifat yang diwariskan.
- Twin studies : kembar identic memiliki 100 persen material genetic mereka dari fertilisasi telur sementara kembar fraternal hanya memiliki 50 persen material genetic mereka.
- Adoption studies : pengaruhi genetic menyumbang paling banyak mengenai perkembangan kepribadian, terlepas dari tinggal di lingkungan yang sama atau tidak.
- Conditional positive regards : sejak kecil saya diberikan kebebasan oleh orang tua saya dalam memilih keinginan saya dan orang tua saya selalu mengikuti apa yang menjadi kemauan saya di masa depan, tetapi orang tua saya tetap memperhatikan saya dan memberikan kasih sayang penuh dalam memenuhi kebutuhan saya. Hal itu membuat saya secara bebas mengasa potensial dan kemampuan saya (real life) untuk memenuhi mimpi saya (ideal life).
- ID personality : seorang bayi menangis dan merengek agar diberikan susu karena merasa lapar. Bayi tersebut tidak akan berhenti menangis sampai diberikan apa yang diinginkan yaitu susu.
Komentar
Posting Komentar